Apa yang kalian pikirkan jika mendengar nama Pulau Nusakambangan? Mungkin sebagian besar dari kalian akan berpikiran bahwa Nusakambangan adalah pulau yang menyeramkan, banyak napi kelas kakap yang ditahan di sana. Memang itu tidaklah salah. Tapi di balik itu semua, ternyata Nusakambangan memiliki pemandangan alam nan eksotis yang belum semua orang ketahui. Kali ini aku mau menceritakan pengalamanku menjelajah Pulau Nusakambangan beberapa waktu yang lalu.
Selama 2 hari aku di Cilacap (12-14 Februari 2017), aku sempatkan untuk ke Nusakambangan. Tujuan utamaku ke Cilacap memang sebenarnya ingin melihat Pulau Nusakambangan secara langsung, seperti apa pulau itu, apa benar seperti yang orang-orang katakan. Karena saking penasarannya, aku rela datang jauh-jauh dari Jogja ke Cilacap hanya untuk melihat Nusakambangan. Hehe...
Senin, 13 Februari 2017. Jam 8 pagi, temanku Rio dan temannya, Mas Kus (mereka berdua asli Cilacap dan aku minta untuk jadi guide-ku dan adikku selama berada di Cilacap. Hehe) datang menjemputku dan adikku di hotel tempat kami menginap. Setelah siap, akhirnya kami berempat meninggalkan hotel menuju Pantai Teluk Penyu. Kami berencana untuk menyeberang ke Nusakambangan melalui Pelabuhan Teluk Penyu. Jarak tempat kami menginap dengan Pantai Teluk Penyu tidak begitu jauh, sekitar 4 kilometer.
Sesampainya di Pelabuhan Teluk Penyu, kami segera menyewa perahu untuk membawa kami ke Nusakambangan. Kebetulan pemilik perahunya adalah temannya Rio, jadi kami dikasih harga murah, per orangnya bayar Rp 25.000,- (PP). Itulah enaknya kalau traveling ke suatu kota, kita punya teman atau kenalan di kota itu. Haha....
Ayo kita menyeberang ke Nusakambangan
Tak butuh waktu lama untuk menyeberang ke Nusakambangan dari Teluk Penyu, hanya butuh waktu 10 menit. Setelah 10 menit penyeberangan, akhirnya kami tiba di sisi timur Pulau Nusakambangan. Yeahh... Welcome to Nusakambangan! Akhirnya aku benar-benar berada di Nusakambangan. Terbayar sudah rasa penasaranku.
Pulau Nusakambangan
Setelah turun dari perahu, kami memulai petualangan kami menyusuri alam Nusakambangan. Menurut penjaga warung yang ada di situ, dibutuhkan waktu kurang lebih 2 jam untuk menuju ke pantai yang ada di sisi selatan, dan jalannya naik-turun.
Kami pun berjalan menyusuri jalan setapak. Tak jauh dari pantai tempat kami turun dari perahu, ada sebuah benteng peninggalan Belanda. Benteng itu nampak tak terawat, sisi luarnya ditumbuhi oleh tumbuhan liar. Kesannya sangat angker.
Benteng peninggalan Belanda yang ada di Nusakambangan
Sisi dalam benteng. Kesannya sangat angker
Setelah melihat-lihat dan berfoto-foto di benteng, kami melanjutkan perjalanan. Jalan yang kami lalui ini medannya berbatu-batu dan lebih banyak naiknya daripada turunnya, jadi berasa kayak naik gunung.
Jalan yang kami lalui medannya berbatu dan banyak naiknya
Sudah 1 jam lebih perjalanan, tapi kami tak juga sampai di pantai sisi selatan yang kami tuju. Kami sempat berpikiran bahwa kami salah jalan. Apalagi selama perjalanan tidak ada papan petunjuk sama sekali, jadi kami hanya berjalan mengikuti jalan setapak.
Benar saja, kami memang salah jalan. Setelah kurang lebih 2 jam perjalanan, kami sampai di suatu tempat, bukan di pantai, melainkan di mercusuar yang ada di sisi selatan Pulau Nusakambangan.
Mercusuar di sisi selatan Nusakambangan
Setelah mercusuar ini tidak ada jalan lagi menuju pantai, jadi mercusuar ini adalah titik terakhir. Sempat kecewa karena aku tidak sampai di pantai tapi malah di mercusuar. Tapi rasa kecewa itu akhirnya terobati karena dari mercusuar itu, kita juga bisa melihat pemandangan pantai Nusakambangan nan eksotis.
Dari mercusuar pun pantainya juga terlihat
Pemandangannya benar-benar eksotis
Biarpun tidak jadi ke pantai, tapi aku sudah cukup puas. Akhirnya bisa melihat keeksotisan Nusakambangan secara langsung.
Setelah puas menikmati pemandangan yang ada di sisi selatan Nusakambangan, kami pun kembali ke pantai tempat perahu kami merapat. Perjalanan kami pulang lebih cepat daripada saat menuju ke mercusuar. Tidak ada 2 jam.
Sesampainya di pantai tempat perahu kami merapat, kami sempatkan untuk mampir di warung makan sambil menunggu perahu yang kami sewa datang menjemput kami, karena tadi setelah mengantar kami ke Nusakambangan, perahunya kembali lagi ke Teluk Penyu.
Sambil menunggu perahu, kami menikmati makanan yang ada di warung dan juga pemandangan yang ada di hadapan kami. Pemandangan pantai di sisi timur Nusakambangan ini juga tidak kalah dengan yang ada di sisi selatan. Namun, pasir pantai di sisi timur ini perpaduan pasir hitam dan pasir putih, jadinya blasteran. Haha...
Pemandangan pantai di sisi timur Nusakambangan
Pasirnya perpaduan hitam dan putih, jadi kayak blasteran
Setelah menunggu kurang lebih 1 jam, akhirnya perahu yang kami sewa datang menjemput kami. Bye Nusakambangan, sampai ketemu lagi lain waktu ya! Kami pun naik ke perahu dan bersiap untuk kembali ke Teluk Penyu, setelah itu kembali ke hotel tempat aku dan adikku menginap.
Bersiap untuk kembali ke Cilacap
Aku dan adikku malah mirip kayak pengungsi
Itulah pengalamanku menjelajah Nusakambangan. Walaupun belum semua sisi Nusakambangan aku jelajahi, tapi setidaknya aku sudah melihat keeksotisan Nusakambangan secara langsung. Jadi, tidak selamanya Nusakambangan identik dengan kesan seram sebagai pulau penjara bagi napi kelas kakap. Keeksotisan Nusakambangan menjadi daya tarik tersendiri, terlepas dari image-nya sebagai pulau penjara.