Kamis, 18 Februari 2016

Pengalaman Mendaki Gunung Prau, Dieng, Wonosobo

Libur Natal 2015 kemarin adalah libur Natal yang paling berkesan buatku. Kenapa? Karena ada 2 impianku yang terwujud di akhir tahun 2015. Pertama, bisa merasakan naik pesawat terbang untuk pertama kalinya (udah aku ceritakan di tulisan pertamaku di blog. Hehe...). Yang kedua, akhirnya aku bisa melihat keindahan Dataran Tinggi Dieng secara langsung. Sebelumnya, aku belum pernah sama sekali ke Dieng (katrok banget ya, ke dieng aja belum pernah. Haha...).

Kali ini aku mau menceritakan pengalamanku mendaki Gunung Prau, Dieng, Wonosobo. Sebenarnya ini bukan pertama kalinya aku naik gunung, karena sebelumnya aku udah 2 kali naik gunung, yakni Gunung Ungaran di Semarang. Jadi ini ketiga kalinya aku naik gunung, juga pertama kalinya aku naik Gunung Prau. So, langsung aja ke cerita!

Tanggal 26 Desember 2015, atau sehari setelah Natal, aku dan keluargaku bersama 4 orang teman papaku, kebetulan papaku juga mengajak teman-temannya, berangkat menuju Dieng dari Semarang. Total kami ada 8 orang, dengan rincian 6 laki-laki (aku, papaku, adikku, Pak Harto, Pak Totok, dan Andro, anaknya Pak Totok) dan 2 wanita (mamaku dan Bu Totok, istrinya Pak Totok). Kami ke Dieng dengan menggunakan mobil. Kami berangkat dari Semarang pukul 09.30. Jarak Semarang ke Dieng sendiri sekitar 120 km (kurang lebih 4 jam perjalanan). Rute yang kami ambil adalah Semarang-Ambarawa-Temanggung-Parakan-Wonosobo-Dieng. Perjalanan Semarang-Dieng skip, karena tidak ada sesuatu yang menarik. Haha...

Jalan raya Wonosobo-Dieng


Pukul 17.00, akhirnya kami sampai di Dieng. Jadi perjalanan Semarang-Dieng 7,5 jam. Kok lama banget sih? Karena kita berhenti beberapa kali untuk makan siang dan juga berhenti di SPBU untuk numpang ke toilet. Haha... Dan juga kita terjebak kemacetan panjang di jalan raya Wonosobo-Dieng karena ada perbaikan jalan.

Sesampainya di Dusun Patak Banteng, kami berdelapan mencari homestay. Beruntung ada warga lokal yang membantu kami mencarikan homestay, jadi kami tidak usah susah-susah mencari homestay. Dan akhirnya kami menemukan homestay yang cukup nyaman, tarif per malamnya Rp 250.000/kamar. Kami menyewa 2 kamar. Oh ya, orang yang membantu kami mencarikan homestay itu namanya Hatman, orang Wonosobo asli. Dia juga yang menjadi pemandu kami dalam pendakian Gunung Prau. Rencana kami berenam (aku, papaku, adikku, Pak Harto, Pak Totok, dan Andro) akan mendaki Gunung Prau melalui jalur Patak Banteng. Jalur Patak Banteng ini adalah jalur yang paling banyak dilalui para pendaki Gunung Prau. Sebenarnya masih ada jalur lain untuk mendaki Gunung Prau, yakni Kali Lembu, namun waktu tempuh untuk mencapai puncak dari jalur Kali Lembu lebih lama daripada via jalur Patak Banteng, yakni 2-3 jam, sementara kalo melalui jalur Patak Banteng hanya 1,5-2,5 jam. Hanya saja, jalur Patak Banteng ini medannya cukup berat dan curam, hanya beberapa bagian saja yang landai.

Rencananya kami akan menuju puncak Gunung Prau saat dini hari, yakni pukul 01.30, agar sampai puncak kita bisa melihat matahari terbit atau istilah kerennya "golden sunrise". Guide kami, Mas Hatman, juga bilang pada kami akan menjemput kami di penginapan bila waktu mendakinya tiba. Malam harinya, beberapa jam sebelum mendaki, kami sempatkan untuk jalan-jalan melihat suasana Dusun Patak Banteng. Suhu malam itu cukup dingin, yakni 18 derajat Celcius. Jadi aku sarankan apabila jalan-jalan di kawasan Dieng pada malam hari untuk mengenakan jaket tebal, karena dinginnya menusuk tulang. Hehe...

Jalan-jalan menikmati dinginnya udara malam kawasan Dieng

Setelah puas jalan-jalan, akhirnya kami kembali ke penginapan untuk beristirahat agar badan kami fit saat mendaki Gunung Prau.


Bersantai di penginapan

Pukul 00.30, aku terbangun karena tiba-tiba pemandu kami sudah menghampiri kami. "Ini gimana sih, katanya jemputnya jam setengah 2, lha kok jam setengah 1 udah datang," batinku. Haha... Berhubung kami sudah dibangunkan oleh pemandu kami untuk siap-siap, aku tidak melanjutkan tidurku, nanggung kurang 1 jam. Heheh... Nah, yang bikin aku sedikit kecewa tuh adikku nggak jadi ikut naik gunung, karena bangun-bangun dia langsung sakit kepalanya, nggak tau deh kenapa. Akhirnya ya cuma kami berlima yang naik gunung, sementara adikku tinggal di penginapan sama emak-emak. Haha...

Bersiap untuk mendaki Gunung Prau

Tepat pukul 01.30, kami berlima berangkat menuju puncak Gunung Prau melalui jalur Patak Banteng dengan dipandu Mas Hatman. Petualangan yang penuh tantangan pun dimulai. Awal pendakian kami belum menemui masalah. Oh ya, pendakian melalui jalur Patak Banteng terdapat 3 pos.

Sesampainya di pos 1, di sini kami menemui masalah. Andro tiba-tiba saja staminanya nge-drop (oalah Ndro Ndro... belum apa-apa kok udah nge-drop). Akhirnya kami berempat, aku, papaku,  Pak Harto, dan Mas Hatman naik duluan. Sementara Pak Totok dan Andro tinggal di pos 1 sampai Andro benar-benar kembali fit. Saat pendakian, kami pun bertemu dengan pendaki-pendaki lain, bahkan kami sempat naik bersama sebelum akhirnya berpisah di tengah-tengah pendakian.

Saat mendaki, kami melihat sebuah warung yang masih buka. Batinku, "Ada gitu ya warung di tengah-tengah gunung?" Hehe... Kami berhenti di warung itu untuk menunggu Andro dan Pak Totok. Beberapa menit kemudian, Andro dan Pak Totok muncul. Andro pun sudah kembali fit, dan kami pun melanjutkan pendakian. Medan yang kami lalui pun cukup berat, belum lagi ditambah suasananya yang gelap. Jadi, bila kita tidak membawa senter atau penerangan, bisa-bisa kita terperosok ke jurang, karena saat mendaki, sebelah kiri itu adalah jurang, hanya saja, karena saat malam suasananya gelap, maka kita tidak tau kalo ternyata itu adalah jurang.

Pos 2 dan pos 3 kami lalui dengan lancar jaya, tidak ada masalah berarti, hanya saja kami banyak berhentinya karena kelelahan. Setelah pos 3, sebentar lagi kita sampai puncak. Dan tepat pukul 04.25, kita pun sampai puncak. Yeahh... Finally! Berarti pendakian hanya memakan waktu hampir 2 jam, dan kita punya kesempatan untuk melihat golden sunrise. Sip dah!

Yeahhh... Akhirnya kita sampai di puncak Gunung Prau

Dari puncak Gunung Prau, kita bisa melihat golden sunrise dan beberapa gunung lain. Benar-benar mahakarya yang sangat eksotis

Gunung Prau ini memiliki ketinggian 2565 MDPL. Selain bisa melihat golden sunrise, dari puncak Gunung Prau, kita bisa melihat beberapa gunung lainnya, seperti Gunung Sindoro, Gunung Sumbing, Gunung Merbabu, Gunung Telomoyo, dan juga Gunung Slamet di sebelah barat. Kita benar-benar seperti berada di negeri di atas awan. Pemandangannya sungguhlah luar biasa hingga susah diungkapkan dengan kata-kata. Lebay! Haha... Setelah sampai puncak, Mas Hatman pun pamit pada kami untuk turun duluan. Tak lupa kami ucapkan terima kasih pada Mas Hatman karena telah memandu kami sampai puncak. See you next time Mas Hatman! Terima kasih sudah dipandu sampai puncak.

Karena waktu pendakian kami saat liburan, maka suasananya sangat ramai pendaki. Mungkin ada ratusan pendaki yang berada di puncak Gunung Prau. Kami pun sempat mengobrol dengan seorang pendaki dari Jakarta.   

Di puncak Gunung Prau, ada sebuah bukit yang dinamakan Bukit Teletubbies. Dinamakan demikian karena bentuk bukitnya mirip dengan bukit yang ada di film Teletubbies.

Bukit Teletubbies di Gunung Prau 

Berpose dengan background Bukit Teletubbies

Kami berlima berada di puncak selama kurang lebih 1,5 jam. Setelah keadaan benar-benar terang, akhirnya kami turun. Saat turun kita harus hati-hati, karena turunannya sangat curam dan juga licin. Alangkah kagetnya kami saat melihat sebelah kanan kami ternyata adalah jurang. Saat mendaki, kami tidak tau kalo sebelah kiri itu ternyata jurang. Melihatnya saja sudah ngeri, dalam hati pun aku berdoa semoga kami turun dengan selamat.

Saat turun, kami berempat sempat jatuh terpeleset beberapa kali. Hanya Andro yang tidak jatuh. Tapi kan dia pas awal-awal naik sempat down. Haha... Kami pun berhenti di warung tempat kami tadi menunggu Andro dan Pak Totok. Kami istirahat sebentar untuk menikmati segelas teh hangat dan beberapa gorengan. Setelah istirahat beberapa menit, kami pun melanjutkan perjalanan turun.

Tepat pukul 07.30, kami pun sampai di penginapan. Ini berarti dari puncak ke penginapan kurang lebih 2 jam, sama seperti saat mendaki. Akhirnya selesai sudah petualangan kami mendaki Gunung Prau. Kami pun segera membersihkan diri dan berkemas-kemas sebelum akhirnya pulang ke Semarang.

Setelah semuanya beres, pukul 10.00 kami bersiap meninggalkan penginapan dan kembali ke Semarang. Tak lupa kami berpamitan pada pemilik homestay. Kalo suatu saat kita ke Dieng lagi, kita bakalan menginap lagi deh di homestay ini. Hehe... Amin. 

Setelah berpamitan, kami pun menuju mobil dan cus pulang ke Semarang. 

Finally... Ceritanya selesai sampai di sini. Benar-benar pengalaman yang berkesan dan tak akan pernah aku lupakan. Akhirnya kesampaian juga ke Dieng. Next, Bromo! Amin.


       
  

8 komentar:

  1. bayar pemandunya ke prau brp masbro? soalnya aku ada rencana mo naik gunung sendirian aja. dulu udah pernah ke dieng, tp cmn s4 ke sikunir aja.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Bayarnya sukarela aja gan. Hehe... Tp waktu itu aku kasih 100K

      Hapus
  2. Beruntung gan dapet cerah pas musim hujan..

    Monggo mampir: PESONA PRAU

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya gan, beruntung waktu mendaki prau dapat cuaca cerah. Hehe...

      Hapus
  3. Kalo mau kmr mandi gimana? Ada wc nya ga?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Di jalur pendakian dan juga puncak saya tidak menjumpai ada WC satu pun. Kamar mandi/WC hanya ada di basecamp

      Hapus
  4. Kak tanya dong,,
    kira2 kalo boncengan pake motor matic lewat jl dieng itu kuat ga ya?
    apa ada alternatif jalan lain yg lebih landai sampai ke patak banteng?

    BalasHapus