Rabu, 09 November 2016

Cara Mengurus Kartu ATM Mandiri yang Tertelan Mesin ATM

Beberapa waktu yang lalu, saya mengalami kejadian yang tak mengenakkan, yakni kartu ATM Mandiri saya tertelan mesin ATM. Panik, sedih, jengkel, semua campur jadi satu. Bagi Anda yang mengalami kejadian yang sama seperti saya, tak usah panik. Berikut saya jelaskan cara mengurus kartu ATM Mandiri yang tertelan mesin ATM.
  1. Bila kartu ATM Mandiri Anda tertelan mesin ATM, segera hubungi call center Mandiri di nomor 14000 untuk dilakukan pemblokiran kartu ATM. Ikuti saja petunjuk dari operatornya.
  2. Setelah menghubungi call center Mandiri, segera datang ke Bank Mandiri cabang terdekat. Anda tidak harus mengurus di Bank Mandiri tempat Anda membuka rekening, tapi bisa di Bank Mandiri mana saja.
  3. Setelah tiba di Bank Mandiri, di situ biasanya kita akan disambut oleh petugas security. Bilang saja pada petugas security-nya mau mengurus penggantian kartu ATM yang tertelan, maka petugas security akan memberikan nomor antrean dan juga formulir yang harus diisi.
  4. Isi formulir yang diberikan, dan jangan lupa siapkan buku tabungan dan juga KTP Anda. Setelah Anda selesai mengisi formulir, tunggu hingga nomor antrean Anda dipanggil oleh customer service.
  5. Setelah Anda dipanggil, katakan tujuan Anda pada CS, serahkan formulir, buku tabungan, dan KTP Anda. Anda akan diminta menandatangani formulir dan membayar biaya materai sebesar Rp 6.000,-. Setelah itu, CS akan mengurus penggantian kartu ATM Anda.
  6. Setelah CS memberikan kartu ATM yang baru, Anda bisa menuju ke bagian teller untuk pembuatan PIN. Masukkan 6 digit PIN (untuk Bank Mandiri, PIN-nya 6 digit). Setelah Anda selesai membuat PIN, kartu ATM Anda akan dapat digunakan beberapa menit kemudian. Selesai!
Itu dia cara mengurus kartu ATM Mandiri yang tertelan mesin ATM. Cukup gampang bukan? Jadi, tak usah panik jika kartu ATM Mandiri Anda tertelan mesin ATM. Namun, tentunya kita berharap kejadian kartu ATM tertelan tidak terjadi. Tapi yang namanya apes, siapa yang tahu datangnya? Hehe...

Selasa, 08 November 2016

Pengalaman Unik Mendaki Gunung Ungaran: Karena Salah Jalur, Akhirnya Kami "Nyasar" Sampai Puncak

Hai semua, kali ini aku mau menceritakan pengalaman unikku mendaki Gunung Ungaran pada hari Minggu, 6 November 2016 kemarin. Mungkin setelah membaca judul tulisanku ini, beberapa dari kalian mungkin bertanya-tanya: "Kok bisa sih salah jalur terus nyasar sampai di puncak? Bukannya kalo naik gunung itu tujuannya adalah puncak?" Oke, biar nggak pada penasaran, aku akan menceritakan kronologinya sedetail mungkin (ceileh, bahasanya!).

Jadi, beberapa hari sebelumnya, teman-teman dari TUC (Terong Ungu Community) sudah merencanakan untuk trekking ke kebun teh Promasan yang ada di Gunung Ungaran. Akhirnya disepakati trekking-nya Minggu, 6 November 2016. Karena kebetulan aku juga nggak ada acara hari itu, akhirnya aku ikut saja.

Minggu pagi, pukul 06.30 WIB, aku bersama beberapa teman TUC sudah berkumpul di rumah salah satu anggota TUC. Sebenarnya kami mau berangkat jam 6 pagi. Tapi berhubung salah satu anggota bisanya berangkat jam 7, akhirnya waktu berangkatnya pun molor karena kami harus menunggu dia.

Sudah hampir satu jam menunggu, tapi orang yang ditunggu pun tak kunjung datang. Kami memutuskan untuk berangkat duluan, biarlah teman kami itu menyusul. Hampir saja kami mau berangkat, orang yang ditunggu pun akhirnya muncul. Nggak jadi ditinggal deh. Haha... Akhirnya kami berangkat sekitar jam setengah 8-an.

Kami berangkat menuju Pos Mawar yang ada di Kabupaten Semarang, tepatnya di kawasan Sidomukti. Kami memilih jalur Pos Mawar karena jalur ini yang paling banyak dilalui oleh para pendaki Gunung Ungaran. Jarak tempat tinggal kami ke Pos Mawar sekitar 30 kilometer dengan waktu tempuh sekitar 1,5 jam.

Kami bersyukur karena cuaca pagi itu sangat cerah, dan berharap nanti tidak hujan pas trekking di Promasan-nya.

Pukul 09.30 WIB, kami berlima (kami waktu itu berlima) akhirnya sampai di Pos Mawar. Sebelum melakukan pendakian, kami diharuskan registrasi dulu dengan membayar biaya registrasi Rp 5.000,- per orang dan biaya parkir motor Rp 3.500,-.

Setelah memarkir motor, kami pun bersiap melakukan petualangan. Nah, di sinilah pengalaman uniknya dimulai.

Untuk menuju kebun teh Promasan, harusnya kami mengikuti petunjuk menuju Puncak Ungaran. Karena kami tidak memperhatikan petunjuk, akhirnya kami asal ambil jalur saja. Dari parkiran motor, kami belok ke kiri ke jalur pendakian yang jalurnya naik terus. Padahal kalo mau ke Promasan harusnya dari parkiran motor masih lurus terus ke arah timur, mengikuti petunjuk ke kebun teh Promasan dan Puncak Ungaran.

Awalnya kami nggak sadar kalo kami salah jalur, dan dengan pede-nya jalan terus. Kami baru sadar kalo kami salah jalur setelah jauh dari Pos Mawar, karena selama perjalanan kami tidak menjumpai satu pun pendaki yang naik maupun yang turun dari puncak. Benar-benar nggak ada satu pun pendaki lain, kecuali kami berlima. Dan yang menambah keyakinan kami bahwa kami salah jalur adalah jalurnya menanjak terus dan cukup terjal. Padahal dulu waktu ke Promasan (juga melalui Pos Mawar), jalurnya nggak seterjal ini. Sebelumnya kami memang sudah pernah ke Promasan via Pos Mawar; tapi berhubung sudah agak lama, jadi kami lupa. Hehe...  

Kami salah jalur

Karena sudah telanjur dan terlalu jauh berjalan, akhirnya kami putuskan untuk tetap naik. Capek juga kalo harus balik turun lagi. Medan yang kami lalui cukup berat. Selain itu, jalannya licin dan juga keadaan tanahnya lendut. Kita harus ekstra hati-hati, kalo tidak, bisa-bisa kita terperosok.

Jalur yang kami ambil ini benar-benar sepi, kami tidak menjumpai satu pun pendaki. Hanya saja, kami sering menemui bungkus makanan dan botol minuman, yang menandakan bahwa jalur ini pernah dilalui oleh para pendaki. 

Sudah sekitar 2 jam pendakian, tapi kami belum juga sampai ke tujuan kami. Awalnya kami berpikir jalur ini juga bisa tembus ke kebun teh Promasan. Tapi sudah 2 jam kok belum sampai-sampai. Aku pun berkelakar pada yang lain: "Wah, jangan-jangan ini jalur langsung menuju puncak." Yang lain pun juga sepemikiran sama aku. Mau balik lagi ke Pos Mawar pun rasanya kok sayang banget, nanggung! Kami tetap... naik-naik ke puncak gunung (malah nyanyi!).

Dengan berbekal insting (wuih, gayanya, pake insting segala. Haha), kami pun mengikuti jalan setapak yang ada. Benar saja, satu jam kemudian, sekitar pukul 12.30, kita benar-benar sampai di puncak. Berarti candaanku tadi memang nggak salah. Hahay...  

Karena salah jalur, akhirnya kami "nyasar" sampai puncak

Kami tidak berada di Puncak Ungaran, tapi kami berada di puncak lain dari Gunung Ungaran. Sebagai informasi saja, Gunung Ungaran ini memiliki tiga puncak, yakni Puncak Ungaran, yang merupakan puncak tertinggi, Puncak Botak, dan Puncak Gendol. Dan kemungkinan yang kami injak ini adalah Puncak Gendol (waktu itu kami belum tahu nama puncak di mana kita berada, karena memang nggak ada petunjuk atau papan informasi sama sekali). Mungkin kalian bertanya, kok bisa yakin kalo itu puncak? Kami yakin kalo kami sudah sampai puncak karena kami melihat tanaman edelweis di tempat itu. Tanaman edelweis sendiri hanya bisa tumbuh optimal pada ketinggian sekitar 2000 hingga 3000 meter di atas permukaan laut; sementara Gunung Ungaran memiliki ketinggian 2050 MDPL. Dari puncak ini, kami bisa melihat dua puncak lainnya dengan jelas, dan kami yakin itu adalah Puncak Botak dan Puncak Ungaran. Jarak ketiga puncak pun sebenarnya tidak begitu jauh, hanya dipisahkan beberapa meter oleh jurang.

Puncak Botak dilihat dari Puncak Gendol

Berhubung sudah lapar, kami putuskan untuk makan siang di puncak. Setelah makan siang, istirahat sebentar lalu kami kembali turun. Saat turun ini, kita harus ekstra hati-hati karena turunannya sangat curam dan juga licin. Selain itu, kanan-kiri adalah jurang. Bila kita tidak hati-hati, bisa-bisa kita jatuh terperosok. Ngeri juga membayangkannya. Selama perjalanan turun, kami beberapa kali terpeleset.

Sekitar pukul 15.00, akhirnya kami sampai lagi di basecamp Mawar. Selesai sudah petualangan di Gunung Ungaran! Kami pun segera ambil motor, lalu pulang menuju rumah kami masing-masing yang ada di kota Semarang.

Itulah pengalaman kami mendaki Gunung Ungaran beberapa waktu yang lalu. Seru, unik, lucu, dan tak terduga. Karena kami salah jalur, akhirnya kami "nyasar" sampai puncak, padahal tujuan kami sebenarnya bukan ke puncak, melainkan ke kebun teh Promasan. Benar-benar pengalaman yang mengesankan! Hehe... 
      

Selasa, 01 November 2016

Tahun 2016 Akan Segera Berakhir

Tak terasa sudah memasuki bulan November, dan sebentar lagi tahun 2016 akan segera berakhir, tergantikan oleh tahun 2017. Satu tahun yang sangat singkat (menurutku).

Di tahun 2016 ini, banyak sekali cerita yang aku alami, baik cerita membahagiakan maupun cerita menyedihkan. Dan puji Tuhan, beberapa impianku terwujud di tahun 2016 ini. 

Well, tahun 2016 tinggal 2 bulan lagi. Mau tak mau, aku harus mengucapkan selamat tinggal pada tahun 2016, dan berterima kasih untuk cerita-cerita yang diberikan. Dan semoga di tahun mendatang, aku bisa menjadi lebih baik lagi, dan apa yang belum terwujud di tahun ini dan tahun-tahun sebelumnya, bisa terwujud di tahun-tahun berikutnya. Amin!