Rabu, 04 Oktober 2017

Mencoba Kereta Kalijaga Semarang Tawang-Solo Balapan

Beberapa waktu yang lalu, tepatnya Minggu 10 September 2017, aku bersama keluargaku (papa, mama, dan adik) jalan-jalan ke kota Solo. Kami memilih untuk naik kereta ke Solonya, dan kereta yang kami pilih adalah kereta Kalijaga. Kereta Kalijaga ini memiliki relasi Semarang Poncol-Solo Balapan, dan harga tiketnya pun sangat murah, Rp 10.000,00 untuk sekali jalan. Kok murah banget? Iya, soalnya dapat subsidi dari pemerintah. Hehe. Kereta ini berangkat dari Stasiun Semarang Poncol pukul 09.00 WIB dan tiba di Stasiun Solo Balapan pukul 11.44 WIB.

Untuk keberangkatan, aku dan keluargaku memilih untuk naik dari Stasiun Tawang, tiket pun juga sudah aku pesan 1 hari sebelumnya agar tidak kehabisan tiket. Hehe. Beruntung masih dapat seat, meskipun harus duduk di gerbong paling bontot, yakni gerbong 7, tapi ya tidak apa-apalah daripada harus duduk di atas gerbong. Haha.

Jam 6 pagi, aku dan keluargaku sudah bersiap-siap. Kami berangkat dari rumah kami yang ada di daerah Tembalang menuju Stasiun Tawang dengan menggunakan bus Trans Semarang. Jarak rumah ke Stasiun Tawang kurang lebih 15 kilometer dengan waktu tempuh kurang lebih 40 menit. Aku dan keluargaku harus berjalan kaki dulu menuju shelter Trans Semarang yang jaraknya kurang lebih 1 kilometer dari rumah. Sesampainya di shelter Trans Semarang, kami membeli tiket Trans Semarang seharga Rp 3.500,00 per gundul. Kami naik Trans Semarang trayek Victoria Residence-PRPP dan nanti turun di shelter dekat kampus Udinus untuk oper Trans Semarang yang menuju Stasiun Tawang, karena Trans Semarang trayek Victoria Residence-PRPP tidak lewat Stasiun Tawang.

Sambil menunggu busnya berangkat, kami sempatkan dulu untuk berfoto selfie, biar kekinian kalau kata anak muda. Haha.

Sambil nunggu busnya berangkat, kita selfie dulu ya

Pukul 06.30 WIB, bus yang kami naiki akhirnya berangkat. Bus berjalan dengan kecepatan sedang. Penumpang pagi itu tidak terlalu banyak, sehingga tidak ada yang berdiri. Sesampainya di shelter Udinus, kami pun turun untuk oper bus Trans Semarang yang menuju Stasiun Tawang. Tak perlu menunggu lama, akhirnya bus Trans Semarang yang menuju Stasiun Tawang datang, kami pun segera masuk ke bus.

Pukul 07.30 WIB, kami pun sampai di Stasiun Tawang. Masih ada waktu sekitar 1,5 jam menunggu keretanya datang, karena kereta Kalijaga berangkat dari Stasiun Poncol pukul 09.00 WIB, dan tiba di Stasiun Tawang pukul 09.07 WIB. Kereta hanya berhenti 3 menit, dan berangkat lagi pukul 09.10 WIB dari Stasiun Tawang.

Sambil menunggu keretanya datang, kami pun berfoto-foto di Stasiun Tawang.

Si babe lagi narsis

Interior Stasiun Tawang. Kental dengan gaya Belanda

Kita selfie dulu ye sebelum keretanya datang

Saat menunggu kereta, ada kejadian yang membuat kami sekeluarga khawatir. Ternyata Archi adikku lupa membawa KTP. Kebetulan dompet adikku beserta isinya hilang, termasuk KTP, jadi menggunakan KTP sementara. Nah, adikku lupa membawa KTP sementaranya. Kami pun langsung khawatir, bagaimana kalau si Archi tidak diperbolehkan naik ke kereta, karena syarat naik kereta harus menunjukkan KTP pada petugas. Lalu aku ingat kalau aku punya foto KK (kartu keluarga) di HP-ku. Langsung aku tanyakan pada petugas di stasiun apakah boleh menggunakan foto KK yang ada di HP. Oleh petugas dijawab tidak bisa. Jedeeerrr... bagai tersambar petir di siang bolong (halah!), kami pun langsung lemas. Apa yang kami takutkan terjadi, si Archi tidak diperbolehkan naik ke kereta. Terus bagaimana dong? Masak si Archi harus pulang ke rumah. Kami pun tidak pasrah begitu saja. Akhirnya mamaku tanya pada petugas yang lain yang ada di dekat pintu masuk ruang tunggu. Keajaiban terjadi! Ternyata petugas mengizinkan adikku masuk menggunakan foto KK yang di HP-ku. Oh thanks God, thanks banget! Kami sangat bersyukur karena akhirnya Archi tidak jadi dipulangkan ke rumah. Haha. Benar-benar suatu keajaiban!  

Pukul 08.35 WIB, kami masuk ke ruang tunggu kereta, si Archi pun ikut masuk karena terselamatkan oleh foto KK di HP-ku. Haha. 

Masih setengah jam lagi keretanya datang, dan kami gunakan untuk foto-foto di ruang tunggu.

Abang pergi dulu ya dek

Ruang tunggu kereta Stasiun Tawang

Sekitar pukul 09.07 WIB, kereta Kalijaga yang kami tunggu akhirnya datang. Yeyeye... naik kereta! (aihh... norak sekalilah!).

Kereta Kalijaga yang kami tunggu akhirnya datang

Setelah kereta benar-benar berhenti, kami pun naik ke kereta. Kami segera menuju ke gerbong 7, gerbong di mana kami seharusnya duduk. Kami duduk di seat nomor 3D, 3E, 4D, dan 4E. Kereta pun tidak berhenti lama, hanya sekitar 3 menit, lalu melanjutkan kembali perjalanan.

Di kereta pun kita juga foto-foto

Kereta Kalijaga ini berhenti di beberapa stasiun, yakni Stasiun Brumbung, Stasiun Kedungjati, Stasiun Telawa, Stasiun Gundih, Stasiun Salem, dan pemberhentian terakhir Stasiun Solo Balapan.

Selama perjalanan kita akan disuguhi pemandangan hamparan sawah dan juga perbukitan yang gersang.

Disuguhi pemandangan sawah (betewe, ini bukan iklan air minum lho ya)

Pemandangannya gersang

Sekitar pukul 11.44 WIB, kereta pun akhirnya tiba di Stasiun Solo Balapan. Lama perjalanan kurang lebih 2,5 jam.

Setelah kereta benar-benar berhenti, seluruh penumpang pun turun, termasuk kami berempat (iyalah turun, masak mau di kereta terus). Yeaahh... Finally, welcome to Oslo, eh Solo!

Finally, welcome to Oslo, eh Solo!

We are lost in Oslo

Turun dari kereta, kami berjalan menuju pintu keluar. Namun sebelum benar-benar keluar dari Stasiun Solo Balapan, kami foto-foto dulu (yaelaahh... dari tadi foto-foto terus). Oh ya, di Stasiun Solo Balapan ini ada sesuatu yang menarik dan membuat kami kagum, yakni adanya Sky Bridge. Sky Bridge ini adalah jembatan layang yang menghubungkan Stasiun Solo Balapan dengan Terminal Tirtonadi Solo. Jadi, bagi para penumpang kereta yang ingin menuju Terminal Tirtonadi, atau sebaliknya, penumpang bus yang ingin berganti transportasi kereta, bisa melalui Sky Bridge ini. Namun perlu diketahui, Sky Bridge ini tidak bisa dilalui sembarang orang. Hanya para penumpang bus yang sudah mempunyai tiket kereta atau para penumpang kereta yang akan berganti transportasi bus di Terminal Tirtonadi yang boleh melewati Sky Bridge ini.

Sky Bridge yang menghubungkan Stasiun Solo Balapan dengan Terminal Tirtonadi

Keluar dari Stasiun Solo Balapan, kami akan memulai jalan-jalan kami di kota Solo. Tujuan kami adalah Pasar Klewer dan BTC (Beteng Trade Center). Kami berputar-putar kota Solo dengan menggunakan taksi online yang kebetulan saat itu sedang promo, jadi kami mendapatkan tarif yang sangat murah. Yang membuat aku salut adalah taksi konvensional di kota Solo mau bergabung dengan taksi online. Hal ini tentu menghindarkan dari bentrok antara taksi online dengan taksi konvensional.

Itulah pengalamanku mencoba kereta Kalijaga dari Semarang Tawang menuju Solo Balapan. Salah satu nilai plus dari kereta Kalijaga adalah harga tiketnya yang sangat murah, yakni Rp 10.000,00 sekali jalan. Selain itu keretanya juga cukup nyaman walaupun hanya kelas AC ekonomi. Tertarik untuk mencoba? Ayo jalan-jalan naik kereta. Hehe.  



  

Kamis, 23 Februari 2017

Menguak Keeksotisan Pulau Nusakambangan

Apa yang kalian pikirkan jika mendengar nama Pulau Nusakambangan? Mungkin sebagian besar dari kalian akan berpikiran bahwa Nusakambangan adalah pulau yang menyeramkan, banyak napi kelas kakap yang ditahan di sana. Memang itu tidaklah salah. Tapi di balik itu semua, ternyata Nusakambangan memiliki pemandangan alam nan eksotis yang belum semua orang ketahui. Kali ini aku mau menceritakan pengalamanku menjelajah Pulau Nusakambangan beberapa waktu yang lalu.

Selama 2 hari aku di Cilacap (12-14 Februari 2017), aku sempatkan untuk ke Nusakambangan. Tujuan utamaku ke Cilacap memang sebenarnya ingin melihat Pulau Nusakambangan secara langsung, seperti apa pulau itu, apa benar seperti yang orang-orang katakan. Karena saking penasarannya, aku rela datang jauh-jauh dari Jogja ke Cilacap hanya untuk melihat Nusakambangan. Hehe... 

Senin, 13 Februari 2017. Jam 8 pagi, temanku Rio dan temannya, Mas Kus (mereka berdua asli Cilacap dan aku minta untuk jadi guide-ku dan adikku selama berada di Cilacap. Hehe) datang menjemputku dan adikku di hotel tempat kami menginap. Setelah siap, akhirnya kami berempat meninggalkan hotel menuju Pantai Teluk Penyu. Kami berencana untuk menyeberang ke Nusakambangan melalui Pelabuhan Teluk Penyu. Jarak tempat kami menginap dengan Pantai Teluk Penyu tidak begitu jauh, sekitar 4 kilometer.

Sesampainya di Pelabuhan Teluk Penyu, kami segera menyewa perahu untuk membawa kami ke Nusakambangan. Kebetulan pemilik perahunya adalah temannya Rio, jadi kami dikasih harga murah, per orangnya bayar Rp 25.000,- (PP). Itulah enaknya kalau traveling ke suatu kota, kita punya teman atau kenalan di kota itu. Haha....

Ayo kita menyeberang ke Nusakambangan

Tak butuh waktu lama untuk menyeberang ke Nusakambangan dari Teluk Penyu, hanya butuh waktu 10 menit. Setelah 10 menit penyeberangan, akhirnya kami tiba di sisi timur Pulau Nusakambangan. Yeahh... Welcome to Nusakambangan! Akhirnya aku benar-benar berada di Nusakambangan. Terbayar sudah rasa penasaranku.

Pulau Nusakambangan

Setelah turun dari perahu, kami memulai petualangan kami menyusuri alam Nusakambangan. Menurut penjaga warung yang ada di situ, dibutuhkan waktu kurang lebih 2 jam untuk menuju ke pantai yang ada di sisi selatan, dan jalannya naik-turun.

Kami pun berjalan menyusuri jalan setapak. Tak jauh dari pantai tempat kami turun dari perahu, ada sebuah benteng peninggalan Belanda. Benteng itu nampak tak terawat, sisi luarnya ditumbuhi oleh tumbuhan liar. Kesannya sangat angker.

 Benteng peninggalan Belanda yang ada di Nusakambangan

Sisi dalam benteng. Kesannya sangat angker

Setelah melihat-lihat dan berfoto-foto di benteng, kami melanjutkan perjalanan. Jalan yang kami lalui ini medannya berbatu-batu dan lebih banyak naiknya daripada turunnya, jadi berasa kayak naik gunung.

Jalan yang kami lalui medannya berbatu dan banyak naiknya

Sudah 1 jam lebih perjalanan, tapi kami tak juga sampai di pantai sisi selatan yang kami tuju. Kami sempat berpikiran bahwa kami salah jalan. Apalagi selama perjalanan tidak ada papan petunjuk sama sekali, jadi kami hanya berjalan mengikuti jalan setapak. 

Benar saja, kami memang salah jalan. Setelah kurang lebih 2 jam perjalanan, kami sampai di suatu tempat, bukan di pantai, melainkan di mercusuar yang ada di sisi selatan Pulau Nusakambangan.

Mercusuar di sisi selatan Nusakambangan

Setelah mercusuar ini tidak ada jalan lagi menuju pantai, jadi mercusuar ini adalah titik terakhir. Sempat kecewa karena aku tidak sampai di pantai tapi malah di mercusuar. Tapi rasa kecewa itu akhirnya terobati karena dari mercusuar itu, kita juga bisa melihat pemandangan pantai Nusakambangan nan eksotis.

Dari mercusuar pun pantainya juga terlihat

Pemandangannya benar-benar eksotis

Biarpun tidak jadi ke pantai, tapi aku sudah cukup puas. Akhirnya bisa melihat keeksotisan Nusakambangan secara langsung. 

Setelah puas menikmati pemandangan yang ada di sisi selatan Nusakambangan, kami pun kembali ke pantai tempat perahu kami merapat. Perjalanan kami pulang lebih cepat daripada saat menuju ke mercusuar. Tidak ada 2 jam.

Sesampainya di pantai tempat perahu kami merapat, kami sempatkan untuk mampir di warung makan sambil menunggu perahu yang kami sewa datang menjemput kami, karena tadi setelah mengantar kami ke Nusakambangan, perahunya kembali lagi ke Teluk Penyu.

Sambil menunggu perahu, kami menikmati makanan yang ada di warung dan juga pemandangan yang ada di hadapan kami. Pemandangan pantai di sisi timur Nusakambangan ini juga tidak kalah dengan yang ada  di sisi selatan. Namun, pasir pantai di sisi timur ini perpaduan pasir hitam dan pasir putih, jadinya blasteran. Haha...

Pemandangan pantai di sisi timur Nusakambangan

Pasirnya perpaduan hitam dan putih, jadi kayak blasteran

Setelah menunggu kurang lebih 1 jam, akhirnya perahu yang kami sewa datang menjemput kami. Bye Nusakambangan, sampai ketemu lagi lain waktu ya! Kami pun naik ke perahu dan bersiap untuk kembali ke Teluk Penyu, setelah itu kembali ke hotel tempat aku dan adikku menginap.

Bersiap untuk kembali ke Cilacap

Aku dan adikku malah mirip kayak pengungsi 

Itulah pengalamanku menjelajah Nusakambangan. Walaupun belum semua sisi Nusakambangan aku jelajahi, tapi setidaknya aku sudah melihat keeksotisan Nusakambangan secara langsung. Jadi, tidak selamanya Nusakambangan identik dengan kesan seram sebagai pulau penjara bagi napi kelas kakap. Keeksotisan Nusakambangan menjadi daya tarik tersendiri, terlepas dari image-nya sebagai pulau penjara.


















Selasa, 10 Januari 2017

Bye, Ranu Kumbolo. See You Next Time!

Minggu, 11 Desember 2016
Setelah 3 hari 2 malam berada di Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (TNBTS) dan melakukan petualangan ke Ranu Kumbolo, Gunung Semeru, Minggu pagi, aku dan dua rekanku dari TUC (papaku dan Pak Harto) akan pulang ke Semarang. Berhubung jam keberangkatan bus yang akan membawa kami ke Semarang masih lama, yakni jam 7 malam, maka kami putuskan untuk nanti jalan-jalan di Malang dulu. Tidak puas kalo cuma ke Ranu Kumbolo saja. Hehe...

Sekitar jam 6 pagi, kami sudah bangun. Kami pun segera mandi lalu mengemasi barang-barang bawaan kami. Setelah berkemas-kemas, kami sarapan di warung makannya Pak Yudi. Setelah selesai sarapan, kami bersiap-siap untuk turun menuju Tumpang, Kabupaten Malang. Bye, Ranu Kumbolo. See you next time! Terima kasih buat 3 harinya yang sangat berkesan.

Sebelum berangkat menuju Tumpang, aku ke loket pengambilan KTP dulu untuk mengambil KTP-ku yang sebelumnya dijadikan jaminan. Untuk mengambil KTP ini, aku diharuskan menunjukkan sampah-sampah yang aku bawa. Aku tunjukkan saja sampah-sampah yang aku bawa pada petugas. Aku kira sampah-sampahnya akan dicek sama petugasnya. Sempat takut juga sih kalo sampahnya dicek sama petugasnya terus petugasnya tidak percaya kalo sampah yang aku bawa cuma segitu, dan aku diharuskan kembali ke Ranu Kumbolo untuk mengambili sampah yang aku buang selama pendakian (jangan mikir aku buang sampahnya sembarangan, ya. Aku buang sampahnya tetap pada tempatnya kok. Hehe). Tapi untungnya sampahnya cuma dilihat saja sama petugasnya. Setelah melihat sampah yang aku bawa, petugas akhirnya menyerahkan KTP-ku.

Pukul 07.30 WIB, sebuah truk pengangkut sayur tiba di pos Ranu Pani. Sang sopir menawarkan jasa tumpangan ke Tumpang. Tanpa pikir panjang, aku bersama dua rekanku memutuskan untuk naik truk pengangkut sayur. Tentunya juga untuk menghemat biaya ketimbang harus naik mobil jeep. Haha...

Naik truk pengangkut sayur

Setelah menunggu kurang lebih 1 jam, ternyata tidak ada penumpang lain yang naik truk selain kami bertiga. Akhirnya sang sopir memutuskan untuk berangkat ke Tumpang. Akhirnya kami benar-benar meninggalkan Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (TNBTS). Sebenarnya aku belum puas sih ke Ranu Kumbolonya, tapi karena memang harus pulang, apa mau dikata? Hehe... 

Perjalanan menuju Tumpang ini harus ekstra hati-hati karena jalannya yang cukup curam. Untung sopir truknya cukup lihai dalam membawa truknya, walaupun pantatku sakit karena duduk di baknya, apalagi pas melewati jalan yang rusak, tambah sakit. Hahaha...

Sekitar pukul 10.00 WIB, kami akhirnya sampai di Tumpang. Setelah turun dari truk, kami membayar ongkos truknya. Kami pun memberi sopir truknya uang Rp 150.000,- (cukup murah kan ketimbang naik mobil jeep? Haha). Sopir truk mempersilakan kami untuk mampir ke rumah juragan si empunya truk. Ternyata rumah si juragan empunya truk itu juga dijadikan basecamp bagi para pendaki. Kami pun sangat senang karena disambut dengan ramah oleh si pemilik rumah. Oh ya, nama pemilik rumah itu adalah Bapak Rusno. Orangnya sangat ramah. Dari cerita beliau, beliau adalah salah satu orang yang "babat alas" jalur pendakian Semeru. Kami mengobrol panjang lebar bersama Bapak Rusno ini.    

Berfoto bersama Bapak Rusno (yang memakai baju kotak-kotak dan celana pendek)

Berhubung waktu keberangkatan kami ke Semarang masih lama, akhirnya kami memutuskan untuk mengunjungi Pertapaan Karmel yang ada di daerah Ngadireso, Tumpang, Kabupaten Malang. Dengan baik hati, Bapak Rusno membantu kami mencarikan angkutan. Tidak lama kemudian, akhirnya kami mendapatkan mobil angkot. Setelah tawar-menawar dengan sopirnya, akhirnya disepakati biaya sewa mobil angkutannya Rp 150.000,-.

Pukul 12.00 WIB, kami sampai di Pertapaan Karmel. Di sini tempatnya benar-benar damai, sejuk, dan indah. Sangat cocok buat bermeditasi. Hehe...

  Sejenak mencari kedamaian di Pertapaan Karmel

Ada taman dan gua Maria-nya juga

Kami berada di Pertapaan Karmel kurang lebih 1 jam. Pukul 13.00 WIB, kami pun kembali ke rumah Bapak Rusno. Sesampainya di rumah Bapak Rusno, kami pun beristirahat sejenak sebelum pulang ke Semarang. Di rumah Bapak Rusno, kami disuguhi makanan dan minuman. Tentunya ini membuat kami tak enak hati. Sudah diberi tempat untuk istirahat, masih disuguhi makanan dan minuman lagi. Terima kasih banyak ya, pak! Hehe....

Pukul 16.30 WIB, kami pun berpamitan pada Bapak Rusno beserta istrinya untuk kembali ke Semarang. Tak lupa kami mengucapkan terima kasih banyak atas kebaikan Bapak dan Ibu Rusno. Bila suatu saat kami mendaki Semeru lagi, kami pun berharap masih bisa berjumpa dengan Bapak dan Ibu Rusno.

Setelah berpamitan, kami segera mencari angkot yang menuju Terminal Arjosari. Ternyata angkot yang dicari sudah standby di dekat Pasar Tumpang. Kami segera naik. Saat berada di angkot, kami bertemu beberapa pendaki dari Bali yang juga habis mendaki Semeru. Kami pun berbagi cerita pengalaman mendaki.

Saat menaiki angkot, sempat timbul ketakutan dalam diriku (halah, lebay bahasanya!), takut kalo nanti pas turun dari angkot tiba-tiba dikenai ongkos yang tak wajar sama sopir angkotnya, sama kayak pas naik angkot dari Terminal Arjosari menuju Tumpang.

Pukul 17.30 WIB, kami pun sampai di Terminal Arjosari. Saat akan membayar angkot, ternyata sopir angkotnya mengenai ongkos Rp 10.000,- per orangnya. Wajarlah! Hehe... Setelah membayar angkot, kami mencari warung makan untuk makan terlebih dahulu, karena masih ada sisa waktu 1,5 jam. Akhirnya kami makan di warung makan yang ada di dekat Terminal Arjosari. Kami memilih menu ayam goreng dan minumnya teh hangat, totalnya habis Rp 54.000,-

Setelah selesai makan, kami masuk ke terminal. Ternyata bus yang akan kami naiki sudah standby di terminal. Saat kami akan naik ke bus, ternyata kami belum diperbolehkan untuk naik karena bagian dalam bus masih dibersihkan.

     
Berpose di dekat bus Handoyo yang akan membawa kami kembali ke Semarang

Mendekati jam keberangkatan, akhirnya semua penumpang dipersilakan untuk naik ke bus. Kami pun segera naik dan duduk di seat sesuai nomor yang tertera pada tiket. Aku duduk di sebelah papaku, sementara Pak Harto duduk di depan kami.

Jam menunjukkan pukul 19.00 WIB, namun bus belum juga diberangkatkan. Padahal di tiket tertulis jam berangkatnya jam 19.00 WIB. Setengah jam kemudian, bus baru diberangkatkan. Artinya terlambat 30 menit dari jam keberangkatan seharusnya.

Akhirnya kami benar-benar meninggalkan kota Malang, pulang ke Semarang dengan membawa sejuta kenangan dari Ranu Kumbolo (yaelahh... lebay ah!).

Pulang ke Semarang dengan membawa sejuta kenangan dari Ranu Kumbolo

Perjalanan Malang-Semarang skip saja, karena tak ada yang menarik. Hehe... Dan sekitar pukul 04.45 WIB (sudah masuk hari Senin, 12 Desember 2016), kami sampai di Semarang. Welcome back to Semarang! Kami pun turun di daerah Banyumanik, setelah itu memanggil taksi untuk mengantar ke rumah. Tak menunggu lama, akhirnya taksi yang dipanggil datang. 

Pukul 05.30 WIB, akhirnya aku dan papaku sampai juga di rumah. Welcome home! Setelah beberapa hari bertualang, akhirnya kembali lagi ke rumah. Petualangan ke Ranu Kumbolo (untuk pertama kalinya) bisa dibilang sukses. Puji Tuhan, tidak terjadi apa-apa pada kami dari berangkat hingga kembali lagi ke rumah, walaupun kami sempat mengalami kejadian tak menyenangkan (aku ceritakan di tulisan sebelumnya).

Semoga lain waktu, kami bisa kembali lagi ke Ranu Kumbolo. Amin.
  

   

Kamis, 05 Januari 2017

Petualangan ke Ranu Kumbolo, Gunung Semeru, Jawa Timur - Part 3

Sabtu, 10 Desember 2016.
Pukul 04.45 WIB, kami sudah bangun dan bersiap-siap untuk melakukan pendakian ke Ranu Kumbolo. Rencananya sih kami mau berangkat pukul 05.00 biar sampai di Ranu Kumbolonya tidak siang. For your information, pendakian dari basecamp Ranu Pani menuju Ranu Kumbolo memakan waktu sekitar 4-5 jam, dengan jarak kurang lebih 10,5 kilometer.

Berhubung kami menunggu warung makannya Pak Yudi buka untuk mengambil pesanan makanan (malamnya kami pesan makanan untuk sarapan esok hari, dan akan kami ambil keesokan harinya saat mau berangkat ke Ranu Kumbolo), akhirnya kami tidak jadi berangkat jam 5 pagi.

Pukul 05.30 WIB, warung makannya Pak Yudi sudah buka, malahan warung makannya Pak Yudi yang pertama buka sementara warung makan yang lain masih tutup. Kami pun segera mengambil pesanan kami, yakni nasi pecel ala warung Pak Yudi. Hehe...

Saat akan mulai pendakian ke Ranu Kumbolo, tiba-tiba Pak Harto perutnya mules (walahh... kok nggak ya dari tadi-tadi pas belum mau berangkat). Akhirnya terpaksa molor ke Rakumnya. Kami menunggu Pak Harto BAB kurang lebih setengah jam. Sekitar pukul 06.05 WIB, akhirnya Pak Harto sudah selesai melakukan ritualnya, dan kami benar-benar melakukan pendakian ke Ranu Kumbolo. Yeaahh...

Ini dia dua pendaki hebat asal Semarang, babe gue dan Pak Harto

Kalo ini siapa coba? Haha...

Jalur pendakian menuju Ranu Kumbolo tidak begitu berat, jalannya landai dan beberapa bagian sudah di-paving. 1 jam perjalanan, kami pun sampai di Landengan Dowo.

Setelah 1 jam perjalanan, kami sampai di Landengan Dowo

Di Landengan Dowo, kami berhenti kurang lebih 3 menit, setelah itu kami melanjutkan perjalanan. Sepanjang perjalanan, kami belum menjumpai pendaki yang naik maupun yang turun. Selama perjalanan menuju Rakum, kami disuguhi pemandangan yang mengagumkan yang menyejukkan mata. Setelah 1 jam perjalanan dari Landengan Dowo, kami sampai di Watu Rejeng. Dinamakan Watu Rejeng karena di sini terdapat batu yang membentuk tebing yang sangat indah. 

Sampai di Watu Rejeng

Setelah beristirahat kurang lebih 5 menit di Watu Rejeng, kami melanjutkan perjalanan. Selepas Watu Rejeng, kami mulai menjumpai para pendaki yang akan naik. Kebanyakan dari mereka akan naik sampai ke Puncak Mahameru. Dalam hati, aku salut pada mereka.

Setelah berjalan kurang lebih 1 jam, kami tiba di pos 3. Di pos 3 ini, banyak pendaki yang mendirikan tenda buat nge-camp. Selain itu, juga ada penjual makanan. Selepas pos 3, jalurnya agak menanjak dengan kemiringan sekitar 35 derajat. Namun, tanjakan ini tidaklah panjang, hanya sekitar 50 meter, selepas itu, jalan kembali landai.

Setelah menempuh perjalanan kurang lebih 3,5 jam dari basecamp Ranu Pani, akhirnya Ranu Kumbolo mulai terlihat dari kejauhan.

Ranu Kumbolo sudah mulai terlihat

Kami pun juga berfoto bersama pendaki lain

Dan pukul 09.50 WIB, kami pun akhirnya sampai di tujuan utama kami, Ranu Kumbolo. Teman-teman, selamat datang di Ranu Kumbolo, surganya Gunung Semeru. Yuhuuu... Jika dihitung, waktu pendakian kami dari basecamp Ranu Pani ke Ranu Kumbolo tidak sampai 4 jam. Hebat kan? Padahal kami banyak berhentinya. Heheh...

Selamat datang di Ranu Kumbolo, surganya Gunung Semeru

Wuiihh... si babe "mbolang" ke Ranu Kumbolo. Haha...

Sesampainya di Ranu Kumbolo, kami langsung mengeluarkan bekal yang kami bawa dari bawah tadi dan memakannya. Maklum, tadi waktu berangkat kami belum sempat sarapan. Dengan duduk di pinggir danau, kami pun menikmati makanan kami.

Menikmati sensasi makan di pinggir danau

Setelah selesai makan, kami pun berjalan mengitari Ranu Kumbolo. Suhu di Ranu Kumbolo pagi itu sekitar 15 derajat Celcius, cukup dingin sih. Saat kami berada di Ranu Kumbolo, kabut pun mulai datang. Di dekat Ranu Kumbolo juga ada bukit yang mirip dengan bukit yang ada di acara telivisi Teletubbies. Benar-benar indah banget pemandangan yang ada di Ranu Kumbolo. Aku sama sekali tidak menyesal pergi ke sini. Malah tidak ingin pulang ke rumah. Haha...

   
Ini lho bukit yang mirip bukit di acara TV Teletubbies (sorry, kalo di foto ada aku yang lagi terbang. Haha)

Setelah berjalan mengitari Ranu Kumbolo, kami pun beristirahat di shelter yang ada di area camping ground Ranu Kumbolo. Banyak sekali pendaki di sini, baik yang beristirahat sebentar sebelum melanjutkan perjalanan maupun yang nge-camp.

Narsis di area camping ground Ranu Kumbolo

Kami berada di Ranu Kumbolo kurang lebih 2,5 jam, setelah itu kami kembali turun menuju basecamp Ranu Pani. Saat akan turun, tiba-tiba perutku mules. Akhirnya aku menuju ke WC yang ada di sekitar Ranu Kumbolo. Di Ranu Kumbolo ini, model WC-nya adalah WC kering, jadi tanah dibuat lubang. Untuk itu, kita harus sedia tisu dan air, karena di WC-nya tidak disediakan air.

Setelah selesai melakukan ritual, aku menyusul papa dan Pak Harto yang menungguku. Kami pun turun menuju Ranu Pani. Selama perjalanan turun, kami menjumpai banyak sekali pendaki yang akan naik, mungkin ada lebih dari 200 pendaki. Batinku, "Gilaaa... Banyak banget yang mau naik!" Mungkin karena libur long weekend, makanya Semeru ramai pengunjung. Saat berpapasan dengan pendaki yang akan naik, sampai-sampai kami harus mengalah mempersilakan mereka lewat duluan. 

Akhirnya, pukul 16.45 WIB, kami sampai di basecamp Ranu Pani. Selesai sudah petualangan kami ke Ranu Kumbolo. Benar-benar petualangan yang seru, penuh tantangan, dan berkesan. Aku pun sama sekali tidak menyesal ke Ranu Kumbolo, malah pengen kembali ke sini lagi suatu saat nanti. Keindahan alam Semeru yang sangat eksotis benar-benar membuatku jatuh hati (cieehhh... Lebay ah! Haha).    

Sampai di homestay, kami segera membersihkan diri, istirahat, lalu keluar mencari makan. Setelah makan malam, kami pun mengistirahatkan tubuh, karena esok harinya kami harus kembali ke kota asal kami Semarang.


==== SELESAI ====




    

Rabu, 04 Januari 2017

Petualangan ke Ranu Kumbolo, Gunung Semeru, Jawa Timur - Part 2

Setelah sampai di Stasiun Malang, kami langsung mencari warung makan untuk sarapan. Maklum, kami sudah kelaparan karena selama berada di kereta, kami hanya makan makanan ringan. Heheh... Akhirnya kami putuskan untuk makan di Sentra Kuliner Sriwijaya yang ada di seberang Stasiun Malang. 

Sentra Kuliner Sriwijaya, Malang

Di Sentra Kuliner Sriwijaya, terdapat banyak warung makan yang menyajikan berbagai macam kuliner. Kita bisa memilih kuliner yang sesuai selera kita. Kami akhirnya memilih untuk makan ayam goreng dan minumnya teh hangat. Ayam gorengnya sih rasanya maknyus banget, kalo kata Pak Bondan Winarno. Hehe... Tapi teh hangatnya, rasanya aneh banget, seperti teh layu.

Ayam gorengnya rasanya maknyus banget

Untuk makannya, semuanya habis Rp 72.000,-, tidak mahal dan tidak murah, standar!

Setelah selesai makan, kami segera mencari angkutan yang menuju Terminal Arjosari, Malang. Tak perlu menunggu lama, akhirnya angkutan yang kami tunggu lewat di depan Stasiun Malang. Kami pun segera naik ketika angkotnya berhenti. Waktu tempuh Stasiun Malang-Terminal Arjosari dengan mobil angkot kurang lebih 1 jam, karena harus berputar-putar dulu.

Sekitar pukul 11.30 WIB, kami sampai di Terminal Arjosari. Ketika membayar angkot, kami dikenai tarif Rp 5.000,- per orangnya, jadi 3 orang Rp 15.000,-. Padahal aku lihat tulisan di pintu angkotnya, tarif untuk umum Rp 3.500,-. Pikirku, ya sudahlah! Sesampainya di Terminal Arjosari, kami menuju ke loket penjualan tiket bus untuk membeli tiket buat pulangnya ke Semarang tanggal 11 Desember 2016. Kami memutuskan untuk naik bus Handoyo yang harga tiketnya cukup murah, yakni Rp 105.000,-.

Setelah membeli tiket bus, kami mencari angkutan yang menuju ke Tumpang. Tak lama kemudian, muncul angkutan jurusan Terminal Arjosari-Tumpang. Kami pun segera naik. Perjalanan dari Terminal Arjosari ke Tumpang memakan waktu kurang lebih 1 jam.

Naik angkot menuju Tumpang

Sekitar pukul 12.45 WIB, kami sampai di daerah Tumpang. Di sinilah gerbang masuk menuju Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (TNBTS). Saat kami turun dari mobil angkot yang kami naiki, kami mengalami kejadian tak menyenangkan. Sopir angkotnya mengenai tarif Rp 50.000,- pada kami, jadi per orangnya dikenai sekitar Rp 16.000,-, padahal tarif seharusnya dari Terminal Arjosari menuju Tumpang sekitar Rp 10.000,-. Mungkin karena melihat bawaan kami yang gede yang kelihatan kayak wisatawan berkantung tebal (padahal sih kami cuma backpacker berkantung pas-pasan. Haha), makanya sopir angkotnya mengenai tarif seenaknya. Tapi ya sudahlah, nggak apa-apa, itung-itung amal. Yang penting sih kami sampai di Tumpang.

Setelah membayar ongkos angkutan, kami segera menuju ke pos registrasi pendakian ke TNBTS yang ada di Pasar Tumpang. Di sana, kita diharuskan mengisi beberapa formulir dan menyerahkan persyaratan yang diperlukan, yakni 3 lembar fotokopi KTP, 3 lembar surat keterangan sehat dari dokter (2 fotokopi dan 1 asli dengan stempel basah).   

Pos registrasi pendakian TNBTS yang ada di Pasar Tumpang

Setelah mengisi formulir dan menyerahkan persyaratan, kami akhirnya diizinkan untuk melakukan pendakian ke Gunung Semeru. Yeyeye... Senang deh! Haha...

Berhubung kami sampai di Tumpang sudah siang, kami tidak mendapat angkutan mobil pengangkut sayuran yang menuju Desa Ranu Pani. Mobil pengangkut sayuran itu menuju ke Ranu Pani hanya pada pagi hari, yakni jam 7 pagi. Selebihnya, kita diharuskan menyewa mobil jeep dengan biaya sewa Rp 650.000,-/mobil. Mobil jeep itu mampu mengangkut maksimal 12 orang. Jadi aku sarankan kalo mau menyewa jeep, harus barengan rombongan lain agar kita patungannya bisa lebih murah. Hehe... Atau kalo tidak mau menyewa mobil jeep, bisa naik ojek dari Pasar Tumpang ke Ranu Pani dengan ongkos sekitar Rp 100 ribuan per orang.

Akhirnya kami memutuskan untuk menyewa mobil jeep ke Ranu Paninya. Kami mencari rombongan lain yang juga mau menuju ke Ranu Pani agar kami patungannya bisa lebih murah. Hahaha... Akhirnya kami dapat 4 orang, jadi total kami bertujuh. Setelah bernegosiasi dengan 4 orang itu, akhirnya deal per orangnya bayar sekitar Rp 90 ribuan (masih mahal yak? Haha).

Akhirnya kami menyewa mobil jeep ke Ranu Paninya

Pukul 14.35 WIB, mobil jeep yang kami sewa berangkat menuju Ranu Pani. Perjalanan dari Pasar Tumpang menuju Ranu Pani memakan waktu sekitar 1,5 jam. Itu artinya, kita sampai di Ranu Pani sekitar jam 4 sore. Padahal jam 4 sore itu adalah batas terakhir pengurusan perizinan pendakian Gunung Semeru di pos registrasi Ranu Pani (duh, gimana ini?). Sempat khawatir juga kalo sampai Ranu Pani, pos registrasinya sudah tutup, dan kita diharuskan registrasi keesokan harinya.

Selama perjalanan menuju Ranu Pani, kita disuguhi pemandangan Pegunungan Tengger nan eksotis.

Akhirnya kami memasuki kawasan Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (TNBTS)

Kita pun bisa melihat Gunung Bromo saat menuju Ranu Pani

Tepat pukul 16.00 WIB, akhirnya kami sampai di Desa Ranu Pani, yang menjadi desa terakhir sebelum mendaki Gunung Semeru. Ranu Pani juga merupakan desa tertinggi di Pulau Jawa dengan ketinggian 2.100 MDPL.


Akhirnya sampai di Ranu Pani

Kami pun segera turun dari jeep dan membayar biaya sewanya. Sesuai kesepakatan, per orangnya membayar Rp 90 ribuan. Setelah menyelesaikan pembayaran sewa jeep, kami langsung menuju pos registrasi. Dan ternyata, pos registrasinya belum tutup dan kami masih dilayani untuk mengurus perizinan pendakian. Benar-benar beruntung banget kita. Haha...

Di pos registrasi di Ranu Pani, kita diminta menyerahkan formulir yang kita dapatkan saat registrasi di pos registrasi di Tumpang tadi. Setelah itu, kita diharuskan membayar tiket masuk kawasan TNBTS. Untuk 3 orang, kita diharuskan membayar Rp 172.500,- dengan rincian sebagai berikut:

Kami akan berada di TNBTS selama 3 hari 2 malam (Jumat-Minggu), maka perhitungan biaya masuknya adalah:
  • Tiket hari biasa: Rp 15.000/hari/orang + biaya asuransi sebesar Rp 2.500/orang. Jadi hitungannya =  2 x 3 x Rp 17.500 = Rp 105.000,-
  • Tiket hari libur (Minggu): Rp 20.000/hari/orang + biaya asuransi sebesar Rp 2.500/orang. Jadi hitungannya = 3 x Rp 22.500 = Rp 67.500,-
Jadi total biaya yang kami keluarkan untuk masuk ke TNBTS = Rp 105.000 + Rp 67.500 = Rp 172.500,- 

Menurutku, tiket masuk ke Semeru itu adalah yang paling mahal dibanding gunung-gunung lain yang ada di Pulau Jawa. Kalo gunung-gunung lain yang ada di luar Jawa sih aku kurang tahu, soalnya belum pernah mendaki gunung yang ada di luar Pulau Jawa sih (siapa juga yang nanya?). Haha...  

Selain harga tiket masuknya yang mahal, juga perizinan pendakiannya yang agak ketat. Sebelum mendaki, kita diharuskan mengurus surat keterangan sehat dari dokter. Dan untuk mendaki ke Semeru per harinya dibatasi 500 orang. Jadi, jika dalam sehari ada lebih dari 500 pendaki, maka sisanya diharuskan mendaki keesokan harinya.

Aku bersyukur karena sore itu masih bisa mengurus perizinan pendakian, dan setelah selesai mengurus perizinan, semua pendaki yang sudah registrasi diharuskan mengikuti briefing. Dalam briefing, kita akan diberi pengarahan dan juga diberi tahu apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan selama mendaki Semeru. Briefing ini berlangsung kurang lebih setengah jam.

Setelah briefing, aku dan dua rekanku (papaku dan Pak Harto) mencari penginapan, karena rencananya kami ke Ranu Kumbolonya keesokan harinya. Setelah mencari-cari penginapan, akhirnya kami mendapatkan homestay yang cukup murah, Rp 10.000,-/malam. Mungkin kalian bertanya-tanya, "Kok bisa murah banget sih?" Iya murah, soalnya tidurnya di karpet. Haha... Kalo tidurnya di kasur, kita diharuskan membayar Rp 200.000,-/malam. Namanya juga backpacker, jadi kami pilih yang murah dong. Nggak apa-apa tidur di karpet, yang penting dapat penginapan. Haha...

Kami pun membersihkan diri, setelah itu istirahat sebentar, karena kami belum sempat istirahat selama perjalanan dari Semarang menuju Ranu Pani. Setelah cukup beristirahat, kami keluar mencari makan malam. Di Ranu Pani ini, banyak sekali warung makan yang menjual berbagai makanan. Kami memilih untuk makan di warung makan yang ada di seberang tempat kami menginap. Ternyata harga makanan di situ cukup murah. Seporsi nasi goreng harganya Rp 10.000,-, dan teh hangatnya cukup Rp 2.000,-. Murah bukan? Hehe... Rasanya pun juga cukup enak. Oh ya, pemilik warung makannya orangnya ramah banget lho. Namanya Pak Yudi. Sambil menikmati makan malam, kami pun berbincang-bincang dengan Pak Yudi, membicarakan banyak hal. Selain pemilik warung makan, Pak Yudi ini juga seorang porter yang membawakan barang bawaan pendaki ketika melakukan pendakian ke Semeru.

Menikmati makan malam sambil mengobrol

Setelah selesai makan malam dan mengobrol dengan Pak Yudi, kami pun kembali ke homestay untuk beristirahat, karena pagi-pagi sekali kami harus berangkat menuju Ranu Kumbolo yang menjadi tujuan utama kami.

==== BERSAMBUNG ====