Minggu, 11 Desember 2016
Setelah 3 hari 2 malam berada di Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (TNBTS) dan melakukan petualangan ke Ranu Kumbolo, Gunung Semeru, Minggu pagi, aku dan dua rekanku dari TUC (papaku dan Pak Harto) akan pulang ke Semarang. Berhubung jam keberangkatan bus yang akan membawa kami ke Semarang masih lama, yakni jam 7 malam, maka kami putuskan untuk nanti jalan-jalan di Malang dulu. Tidak puas kalo cuma ke Ranu Kumbolo saja. Hehe...
Sekitar jam 6 pagi, kami sudah bangun. Kami pun segera mandi lalu mengemasi barang-barang bawaan kami. Setelah berkemas-kemas, kami sarapan di warung makannya Pak Yudi. Setelah selesai sarapan, kami bersiap-siap untuk turun menuju Tumpang, Kabupaten Malang. Bye, Ranu Kumbolo. See you next time! Terima kasih buat 3 harinya yang sangat berkesan.
Sebelum berangkat menuju Tumpang, aku ke loket pengambilan KTP dulu untuk mengambil KTP-ku yang sebelumnya dijadikan jaminan. Untuk mengambil KTP ini, aku diharuskan menunjukkan sampah-sampah yang aku bawa. Aku tunjukkan saja sampah-sampah yang aku bawa pada petugas. Aku kira sampah-sampahnya akan dicek sama petugasnya. Sempat takut juga sih kalo sampahnya dicek sama petugasnya terus petugasnya tidak percaya kalo sampah yang aku bawa cuma segitu, dan aku diharuskan kembali ke Ranu Kumbolo untuk mengambili sampah yang aku buang selama pendakian (jangan mikir aku buang sampahnya sembarangan, ya. Aku buang sampahnya tetap pada tempatnya kok. Hehe). Tapi untungnya sampahnya cuma dilihat saja sama petugasnya. Setelah melihat sampah yang aku bawa, petugas akhirnya menyerahkan KTP-ku.
Pukul 07.30 WIB, sebuah truk pengangkut sayur tiba di pos Ranu Pani. Sang sopir menawarkan jasa tumpangan ke Tumpang. Tanpa pikir panjang, aku bersama dua rekanku memutuskan untuk naik truk pengangkut sayur. Tentunya juga untuk menghemat biaya ketimbang harus naik mobil jeep. Haha...
Sebelum berangkat menuju Tumpang, aku ke loket pengambilan KTP dulu untuk mengambil KTP-ku yang sebelumnya dijadikan jaminan. Untuk mengambil KTP ini, aku diharuskan menunjukkan sampah-sampah yang aku bawa. Aku tunjukkan saja sampah-sampah yang aku bawa pada petugas. Aku kira sampah-sampahnya akan dicek sama petugasnya. Sempat takut juga sih kalo sampahnya dicek sama petugasnya terus petugasnya tidak percaya kalo sampah yang aku bawa cuma segitu, dan aku diharuskan kembali ke Ranu Kumbolo untuk mengambili sampah yang aku buang selama pendakian (jangan mikir aku buang sampahnya sembarangan, ya. Aku buang sampahnya tetap pada tempatnya kok. Hehe). Tapi untungnya sampahnya cuma dilihat saja sama petugasnya. Setelah melihat sampah yang aku bawa, petugas akhirnya menyerahkan KTP-ku.
Pukul 07.30 WIB, sebuah truk pengangkut sayur tiba di pos Ranu Pani. Sang sopir menawarkan jasa tumpangan ke Tumpang. Tanpa pikir panjang, aku bersama dua rekanku memutuskan untuk naik truk pengangkut sayur. Tentunya juga untuk menghemat biaya ketimbang harus naik mobil jeep. Haha...
Naik truk pengangkut sayur
Setelah menunggu kurang lebih 1 jam, ternyata tidak ada penumpang lain yang naik truk selain kami bertiga. Akhirnya sang sopir memutuskan untuk berangkat ke Tumpang. Akhirnya kami benar-benar meninggalkan Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (TNBTS). Sebenarnya aku belum puas sih ke Ranu Kumbolonya, tapi karena memang harus pulang, apa mau dikata? Hehe...
Perjalanan menuju Tumpang ini harus ekstra hati-hati karena jalannya yang cukup curam. Untung sopir truknya cukup lihai dalam membawa truknya, walaupun pantatku sakit karena duduk di baknya, apalagi pas melewati jalan yang rusak, tambah sakit. Hahaha...
Sekitar pukul 10.00 WIB, kami akhirnya sampai di Tumpang. Setelah turun dari truk, kami membayar ongkos truknya. Kami pun memberi sopir truknya uang Rp 150.000,- (cukup murah kan ketimbang naik mobil jeep? Haha). Sopir truk mempersilakan kami untuk mampir ke rumah juragan si empunya truk. Ternyata rumah si juragan empunya truk itu juga dijadikan basecamp bagi para pendaki. Kami pun sangat senang karena disambut dengan ramah oleh si pemilik rumah. Oh ya, nama pemilik rumah itu adalah Bapak Rusno. Orangnya sangat ramah. Dari cerita beliau, beliau adalah salah satu orang yang "babat alas" jalur pendakian Semeru. Kami mengobrol panjang lebar bersama Bapak Rusno ini.
Berfoto bersama Bapak Rusno (yang memakai baju kotak-kotak dan celana pendek)
Berhubung waktu keberangkatan kami ke Semarang masih lama, akhirnya kami memutuskan untuk mengunjungi Pertapaan Karmel yang ada di daerah Ngadireso, Tumpang, Kabupaten Malang. Dengan baik hati, Bapak Rusno membantu kami mencarikan angkutan. Tidak lama kemudian, akhirnya kami mendapatkan mobil angkot. Setelah tawar-menawar dengan sopirnya, akhirnya disepakati biaya sewa mobil angkutannya Rp 150.000,-.
Pukul 12.00 WIB, kami sampai di Pertapaan Karmel. Di sini tempatnya benar-benar damai, sejuk, dan indah. Sangat cocok buat bermeditasi. Hehe...
Sejenak mencari kedamaian di Pertapaan Karmel
Ada taman dan gua Maria-nya juga
Kami berada di Pertapaan Karmel kurang lebih 1 jam. Pukul 13.00 WIB, kami pun kembali ke rumah Bapak Rusno. Sesampainya di rumah Bapak Rusno, kami pun beristirahat sejenak sebelum pulang ke Semarang. Di rumah Bapak Rusno, kami disuguhi makanan dan minuman. Tentunya ini membuat kami tak enak hati. Sudah diberi tempat untuk istirahat, masih disuguhi makanan dan minuman lagi. Terima kasih banyak ya, pak! Hehe....
Pukul 16.30 WIB, kami pun berpamitan pada Bapak Rusno beserta istrinya untuk kembali ke Semarang. Tak lupa kami mengucapkan terima kasih banyak atas kebaikan Bapak dan Ibu Rusno. Bila suatu saat kami mendaki Semeru lagi, kami pun berharap masih bisa berjumpa dengan Bapak dan Ibu Rusno.
Setelah berpamitan, kami segera mencari angkot yang menuju Terminal Arjosari. Ternyata angkot yang dicari sudah standby di dekat Pasar Tumpang. Kami segera naik. Saat berada di angkot, kami bertemu beberapa pendaki dari Bali yang juga habis mendaki Semeru. Kami pun berbagi cerita pengalaman mendaki.
Saat menaiki angkot, sempat timbul ketakutan dalam diriku (halah, lebay bahasanya!), takut kalo nanti pas turun dari angkot tiba-tiba dikenai ongkos yang tak wajar sama sopir angkotnya, sama kayak pas naik angkot dari Terminal Arjosari menuju Tumpang.
Pukul 17.30 WIB, kami pun sampai di Terminal Arjosari. Saat akan membayar angkot, ternyata sopir angkotnya mengenai ongkos Rp 10.000,- per orangnya. Wajarlah! Hehe... Setelah membayar angkot, kami mencari warung makan untuk makan terlebih dahulu, karena masih ada sisa waktu 1,5 jam. Akhirnya kami makan di warung makan yang ada di dekat Terminal Arjosari. Kami memilih menu ayam goreng dan minumnya teh hangat, totalnya habis Rp 54.000,-
Setelah selesai makan, kami masuk ke terminal. Ternyata bus yang akan kami naiki sudah standby di terminal. Saat kami akan naik ke bus, ternyata kami belum diperbolehkan untuk naik karena bagian dalam bus masih dibersihkan.
Berpose di dekat bus Handoyo yang akan membawa kami kembali ke Semarang
Mendekati jam keberangkatan, akhirnya semua penumpang dipersilakan untuk naik ke bus. Kami pun segera naik dan duduk di seat sesuai nomor yang tertera pada tiket. Aku duduk di sebelah papaku, sementara Pak Harto duduk di depan kami.
Jam menunjukkan pukul 19.00 WIB, namun bus belum juga diberangkatkan. Padahal di tiket tertulis jam berangkatnya jam 19.00 WIB. Setengah jam kemudian, bus baru diberangkatkan. Artinya terlambat 30 menit dari jam keberangkatan seharusnya.
Akhirnya kami benar-benar meninggalkan kota Malang, pulang ke Semarang dengan membawa sejuta kenangan dari Ranu Kumbolo (yaelahh... lebay ah!).
Pulang ke Semarang dengan membawa sejuta kenangan dari Ranu Kumbolo
Perjalanan Malang-Semarang skip saja, karena tak ada yang menarik. Hehe... Dan sekitar pukul 04.45 WIB (sudah masuk hari Senin, 12 Desember 2016), kami sampai di Semarang. Welcome back to Semarang! Kami pun turun di daerah Banyumanik, setelah itu memanggil taksi untuk mengantar ke rumah. Tak menunggu lama, akhirnya taksi yang dipanggil datang.
Pukul 05.30 WIB, akhirnya aku dan papaku sampai juga di rumah. Welcome home! Setelah beberapa hari bertualang, akhirnya kembali lagi ke rumah. Petualangan ke Ranu Kumbolo (untuk pertama kalinya) bisa dibilang sukses. Puji Tuhan, tidak terjadi apa-apa pada kami dari berangkat hingga kembali lagi ke rumah, walaupun kami sempat mengalami kejadian tak menyenangkan (aku ceritakan di tulisan sebelumnya).
Semoga lain waktu, kami bisa kembali lagi ke Ranu Kumbolo. Amin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar