Setelah sampai di Stasiun Malang, kami langsung mencari warung makan untuk sarapan. Maklum, kami sudah kelaparan karena selama berada di kereta, kami hanya makan makanan ringan. Heheh... Akhirnya kami putuskan untuk makan di Sentra Kuliner Sriwijaya yang ada di seberang Stasiun Malang.
Sentra Kuliner Sriwijaya, Malang
Di Sentra Kuliner Sriwijaya, terdapat banyak warung makan yang menyajikan berbagai macam kuliner. Kita bisa memilih kuliner yang sesuai selera kita. Kami akhirnya memilih untuk makan ayam goreng dan minumnya teh hangat. Ayam gorengnya sih rasanya maknyus banget, kalo kata Pak Bondan Winarno. Hehe... Tapi teh hangatnya, rasanya aneh banget, seperti teh layu.
Ayam gorengnya rasanya maknyus banget
Untuk makannya, semuanya habis Rp 72.000,-, tidak mahal dan tidak murah, standar!
Setelah selesai makan, kami segera mencari angkutan yang menuju Terminal Arjosari, Malang. Tak perlu menunggu lama, akhirnya angkutan yang kami tunggu lewat di depan Stasiun Malang. Kami pun segera naik ketika angkotnya berhenti. Waktu tempuh Stasiun Malang-Terminal Arjosari dengan mobil angkot kurang lebih 1 jam, karena harus berputar-putar dulu.
Sekitar pukul 11.30 WIB, kami sampai di Terminal Arjosari. Ketika membayar angkot, kami dikenai tarif Rp 5.000,- per orangnya, jadi 3 orang Rp 15.000,-. Padahal aku lihat tulisan di pintu angkotnya, tarif untuk umum Rp 3.500,-. Pikirku, ya sudahlah! Sesampainya di Terminal Arjosari, kami menuju ke loket penjualan tiket bus untuk membeli tiket buat pulangnya ke Semarang tanggal 11 Desember 2016. Kami memutuskan untuk naik bus Handoyo yang harga tiketnya cukup murah, yakni Rp 105.000,-.
Setelah membeli tiket bus, kami mencari angkutan yang menuju ke Tumpang. Tak lama kemudian, muncul angkutan jurusan Terminal Arjosari-Tumpang. Kami pun segera naik. Perjalanan dari Terminal Arjosari ke Tumpang memakan waktu kurang lebih 1 jam.
Naik angkot menuju Tumpang
Sekitar pukul 12.45 WIB, kami sampai di daerah Tumpang. Di sinilah gerbang masuk menuju Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (TNBTS). Saat kami turun dari mobil angkot yang kami naiki, kami mengalami kejadian tak menyenangkan. Sopir angkotnya mengenai tarif Rp 50.000,- pada kami, jadi per orangnya dikenai sekitar Rp 16.000,-, padahal tarif seharusnya dari Terminal Arjosari menuju Tumpang sekitar Rp 10.000,-. Mungkin karena melihat bawaan kami yang gede yang kelihatan kayak wisatawan berkantung tebal (padahal sih kami cuma backpacker berkantung pas-pasan. Haha), makanya sopir angkotnya mengenai tarif seenaknya. Tapi ya sudahlah, nggak apa-apa, itung-itung amal. Yang penting sih kami sampai di Tumpang.
Setelah membayar ongkos angkutan, kami segera menuju ke pos registrasi pendakian ke TNBTS yang ada di Pasar Tumpang. Di sana, kita diharuskan mengisi beberapa formulir dan menyerahkan persyaratan yang diperlukan, yakni 3 lembar fotokopi KTP, 3 lembar surat keterangan sehat dari dokter (2 fotokopi dan 1 asli dengan stempel basah).
Pos registrasi pendakian TNBTS yang ada di Pasar Tumpang
Setelah mengisi formulir dan menyerahkan persyaratan, kami akhirnya diizinkan untuk melakukan pendakian ke Gunung Semeru. Yeyeye... Senang deh! Haha...
Berhubung kami sampai di Tumpang sudah siang, kami tidak mendapat angkutan mobil pengangkut sayuran yang menuju Desa Ranu Pani. Mobil pengangkut sayuran itu menuju ke Ranu Pani hanya pada pagi hari, yakni jam 7 pagi. Selebihnya, kita diharuskan menyewa mobil jeep dengan biaya sewa Rp 650.000,-/mobil. Mobil jeep itu mampu mengangkut maksimal 12 orang. Jadi aku sarankan kalo mau menyewa jeep, harus barengan rombongan lain agar kita patungannya bisa lebih murah. Hehe... Atau kalo tidak mau menyewa mobil jeep, bisa naik ojek dari Pasar Tumpang ke Ranu Pani dengan ongkos sekitar Rp 100 ribuan per orang.
Akhirnya kami memutuskan untuk menyewa mobil jeep ke Ranu Paninya. Kami mencari rombongan lain yang juga mau menuju ke Ranu Pani agar kami patungannya bisa lebih murah. Hahaha... Akhirnya kami dapat 4 orang, jadi total kami bertujuh. Setelah bernegosiasi dengan 4 orang itu, akhirnya deal per orangnya bayar sekitar Rp 90 ribuan (masih mahal yak? Haha).
Akhirnya kami menyewa mobil jeep ke Ranu Paninya
Pukul 14.35 WIB, mobil jeep yang kami sewa berangkat menuju Ranu Pani. Perjalanan dari Pasar Tumpang menuju Ranu Pani memakan waktu sekitar 1,5 jam. Itu artinya, kita sampai di Ranu Pani sekitar jam 4 sore. Padahal jam 4 sore itu adalah batas terakhir pengurusan perizinan pendakian Gunung Semeru di pos registrasi Ranu Pani (duh, gimana ini?). Sempat khawatir juga kalo sampai Ranu Pani, pos registrasinya sudah tutup, dan kita diharuskan registrasi keesokan harinya.
Selama perjalanan menuju Ranu Pani, kita disuguhi pemandangan Pegunungan Tengger nan eksotis.
Akhirnya kami memasuki kawasan Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (TNBTS)
Kita pun bisa melihat Gunung Bromo saat menuju Ranu Pani
Tepat pukul 16.00 WIB, akhirnya kami sampai di Desa Ranu Pani, yang menjadi desa terakhir sebelum mendaki Gunung Semeru. Ranu Pani juga merupakan desa tertinggi di Pulau Jawa dengan ketinggian 2.100 MDPL.
Akhirnya sampai di Ranu Pani
Kami pun segera turun dari jeep dan membayar biaya sewanya. Sesuai kesepakatan, per orangnya membayar Rp 90 ribuan. Setelah menyelesaikan pembayaran sewa jeep, kami langsung menuju pos registrasi. Dan ternyata, pos registrasinya belum tutup dan kami masih dilayani untuk mengurus perizinan pendakian. Benar-benar beruntung banget kita. Haha...
Di pos registrasi di Ranu Pani, kita diminta menyerahkan formulir yang kita dapatkan saat registrasi di pos registrasi di Tumpang tadi. Setelah itu, kita diharuskan membayar tiket masuk kawasan TNBTS. Untuk 3 orang, kita diharuskan membayar Rp 172.500,- dengan rincian sebagai berikut:
Kami akan berada di TNBTS selama 3 hari 2 malam (Jumat-Minggu), maka perhitungan biaya masuknya adalah:
- Tiket hari biasa: Rp 15.000/hari/orang + biaya asuransi sebesar Rp 2.500/orang. Jadi hitungannya = 2 x 3 x Rp 17.500 = Rp 105.000,-
- Tiket hari libur (Minggu): Rp 20.000/hari/orang + biaya asuransi sebesar Rp 2.500/orang. Jadi hitungannya = 3 x Rp 22.500 = Rp 67.500,-
Jadi total biaya yang kami keluarkan untuk masuk ke TNBTS = Rp 105.000 + Rp 67.500 = Rp 172.500,-
Menurutku, tiket masuk ke Semeru itu adalah yang paling mahal dibanding gunung-gunung lain yang ada di Pulau Jawa. Kalo gunung-gunung lain yang ada di luar Jawa sih aku kurang tahu, soalnya belum pernah mendaki gunung yang ada di luar Pulau Jawa sih (siapa juga yang nanya?). Haha...
Selain harga tiket masuknya yang mahal, juga perizinan pendakiannya yang agak ketat. Sebelum mendaki, kita diharuskan mengurus surat keterangan sehat dari dokter. Dan untuk mendaki ke Semeru per harinya dibatasi 500 orang. Jadi, jika dalam sehari ada lebih dari 500 pendaki, maka sisanya diharuskan mendaki keesokan harinya.
Aku bersyukur karena sore itu masih bisa mengurus perizinan pendakian, dan setelah selesai mengurus perizinan, semua pendaki yang sudah registrasi diharuskan mengikuti briefing. Dalam briefing, kita akan diberi pengarahan dan juga diberi tahu apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan selama mendaki Semeru. Briefing ini berlangsung kurang lebih setengah jam.
Setelah briefing, aku dan dua rekanku (papaku dan Pak Harto) mencari penginapan, karena rencananya kami ke Ranu Kumbolonya keesokan harinya. Setelah mencari-cari penginapan, akhirnya kami mendapatkan homestay yang cukup murah, Rp 10.000,-/malam. Mungkin kalian bertanya-tanya, "Kok bisa murah banget sih?" Iya murah, soalnya tidurnya di karpet. Haha... Kalo tidurnya di kasur, kita diharuskan membayar Rp 200.000,-/malam. Namanya juga backpacker, jadi kami pilih yang murah dong. Nggak apa-apa tidur di karpet, yang penting dapat penginapan. Haha...
Kami pun membersihkan diri, setelah itu istirahat sebentar, karena kami belum sempat istirahat selama perjalanan dari Semarang menuju Ranu Pani. Setelah cukup beristirahat, kami keluar mencari makan malam. Di Ranu Pani ini, banyak sekali warung makan yang menjual berbagai makanan. Kami memilih untuk makan di warung makan yang ada di seberang tempat kami menginap. Ternyata harga makanan di situ cukup murah. Seporsi nasi goreng harganya Rp 10.000,-, dan teh hangatnya cukup Rp 2.000,-. Murah bukan? Hehe... Rasanya pun juga cukup enak. Oh ya, pemilik warung makannya orangnya ramah banget lho. Namanya Pak Yudi. Sambil menikmati makan malam, kami pun berbincang-bincang dengan Pak Yudi, membicarakan banyak hal. Selain pemilik warung makan, Pak Yudi ini juga seorang porter yang membawakan barang bawaan pendaki ketika melakukan pendakian ke Semeru.
Menikmati makan malam sambil mengobrol
Setelah selesai makan malam dan mengobrol dengan Pak Yudi, kami pun kembali ke homestay untuk beristirahat, karena pagi-pagi sekali kami harus berangkat menuju Ranu Kumbolo yang menjadi tujuan utama kami.
==== BERSAMBUNG ====
Tidak ada komentar:
Posting Komentar