Selasa, 10 Januari 2017

Bye, Ranu Kumbolo. See You Next Time!

Minggu, 11 Desember 2016
Setelah 3 hari 2 malam berada di Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (TNBTS) dan melakukan petualangan ke Ranu Kumbolo, Gunung Semeru, Minggu pagi, aku dan dua rekanku dari TUC (papaku dan Pak Harto) akan pulang ke Semarang. Berhubung jam keberangkatan bus yang akan membawa kami ke Semarang masih lama, yakni jam 7 malam, maka kami putuskan untuk nanti jalan-jalan di Malang dulu. Tidak puas kalo cuma ke Ranu Kumbolo saja. Hehe...

Sekitar jam 6 pagi, kami sudah bangun. Kami pun segera mandi lalu mengemasi barang-barang bawaan kami. Setelah berkemas-kemas, kami sarapan di warung makannya Pak Yudi. Setelah selesai sarapan, kami bersiap-siap untuk turun menuju Tumpang, Kabupaten Malang. Bye, Ranu Kumbolo. See you next time! Terima kasih buat 3 harinya yang sangat berkesan.

Sebelum berangkat menuju Tumpang, aku ke loket pengambilan KTP dulu untuk mengambil KTP-ku yang sebelumnya dijadikan jaminan. Untuk mengambil KTP ini, aku diharuskan menunjukkan sampah-sampah yang aku bawa. Aku tunjukkan saja sampah-sampah yang aku bawa pada petugas. Aku kira sampah-sampahnya akan dicek sama petugasnya. Sempat takut juga sih kalo sampahnya dicek sama petugasnya terus petugasnya tidak percaya kalo sampah yang aku bawa cuma segitu, dan aku diharuskan kembali ke Ranu Kumbolo untuk mengambili sampah yang aku buang selama pendakian (jangan mikir aku buang sampahnya sembarangan, ya. Aku buang sampahnya tetap pada tempatnya kok. Hehe). Tapi untungnya sampahnya cuma dilihat saja sama petugasnya. Setelah melihat sampah yang aku bawa, petugas akhirnya menyerahkan KTP-ku.

Pukul 07.30 WIB, sebuah truk pengangkut sayur tiba di pos Ranu Pani. Sang sopir menawarkan jasa tumpangan ke Tumpang. Tanpa pikir panjang, aku bersama dua rekanku memutuskan untuk naik truk pengangkut sayur. Tentunya juga untuk menghemat biaya ketimbang harus naik mobil jeep. Haha...

Naik truk pengangkut sayur

Setelah menunggu kurang lebih 1 jam, ternyata tidak ada penumpang lain yang naik truk selain kami bertiga. Akhirnya sang sopir memutuskan untuk berangkat ke Tumpang. Akhirnya kami benar-benar meninggalkan Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (TNBTS). Sebenarnya aku belum puas sih ke Ranu Kumbolonya, tapi karena memang harus pulang, apa mau dikata? Hehe... 

Perjalanan menuju Tumpang ini harus ekstra hati-hati karena jalannya yang cukup curam. Untung sopir truknya cukup lihai dalam membawa truknya, walaupun pantatku sakit karena duduk di baknya, apalagi pas melewati jalan yang rusak, tambah sakit. Hahaha...

Sekitar pukul 10.00 WIB, kami akhirnya sampai di Tumpang. Setelah turun dari truk, kami membayar ongkos truknya. Kami pun memberi sopir truknya uang Rp 150.000,- (cukup murah kan ketimbang naik mobil jeep? Haha). Sopir truk mempersilakan kami untuk mampir ke rumah juragan si empunya truk. Ternyata rumah si juragan empunya truk itu juga dijadikan basecamp bagi para pendaki. Kami pun sangat senang karena disambut dengan ramah oleh si pemilik rumah. Oh ya, nama pemilik rumah itu adalah Bapak Rusno. Orangnya sangat ramah. Dari cerita beliau, beliau adalah salah satu orang yang "babat alas" jalur pendakian Semeru. Kami mengobrol panjang lebar bersama Bapak Rusno ini.    

Berfoto bersama Bapak Rusno (yang memakai baju kotak-kotak dan celana pendek)

Berhubung waktu keberangkatan kami ke Semarang masih lama, akhirnya kami memutuskan untuk mengunjungi Pertapaan Karmel yang ada di daerah Ngadireso, Tumpang, Kabupaten Malang. Dengan baik hati, Bapak Rusno membantu kami mencarikan angkutan. Tidak lama kemudian, akhirnya kami mendapatkan mobil angkot. Setelah tawar-menawar dengan sopirnya, akhirnya disepakati biaya sewa mobil angkutannya Rp 150.000,-.

Pukul 12.00 WIB, kami sampai di Pertapaan Karmel. Di sini tempatnya benar-benar damai, sejuk, dan indah. Sangat cocok buat bermeditasi. Hehe...

  Sejenak mencari kedamaian di Pertapaan Karmel

Ada taman dan gua Maria-nya juga

Kami berada di Pertapaan Karmel kurang lebih 1 jam. Pukul 13.00 WIB, kami pun kembali ke rumah Bapak Rusno. Sesampainya di rumah Bapak Rusno, kami pun beristirahat sejenak sebelum pulang ke Semarang. Di rumah Bapak Rusno, kami disuguhi makanan dan minuman. Tentunya ini membuat kami tak enak hati. Sudah diberi tempat untuk istirahat, masih disuguhi makanan dan minuman lagi. Terima kasih banyak ya, pak! Hehe....

Pukul 16.30 WIB, kami pun berpamitan pada Bapak Rusno beserta istrinya untuk kembali ke Semarang. Tak lupa kami mengucapkan terima kasih banyak atas kebaikan Bapak dan Ibu Rusno. Bila suatu saat kami mendaki Semeru lagi, kami pun berharap masih bisa berjumpa dengan Bapak dan Ibu Rusno.

Setelah berpamitan, kami segera mencari angkot yang menuju Terminal Arjosari. Ternyata angkot yang dicari sudah standby di dekat Pasar Tumpang. Kami segera naik. Saat berada di angkot, kami bertemu beberapa pendaki dari Bali yang juga habis mendaki Semeru. Kami pun berbagi cerita pengalaman mendaki.

Saat menaiki angkot, sempat timbul ketakutan dalam diriku (halah, lebay bahasanya!), takut kalo nanti pas turun dari angkot tiba-tiba dikenai ongkos yang tak wajar sama sopir angkotnya, sama kayak pas naik angkot dari Terminal Arjosari menuju Tumpang.

Pukul 17.30 WIB, kami pun sampai di Terminal Arjosari. Saat akan membayar angkot, ternyata sopir angkotnya mengenai ongkos Rp 10.000,- per orangnya. Wajarlah! Hehe... Setelah membayar angkot, kami mencari warung makan untuk makan terlebih dahulu, karena masih ada sisa waktu 1,5 jam. Akhirnya kami makan di warung makan yang ada di dekat Terminal Arjosari. Kami memilih menu ayam goreng dan minumnya teh hangat, totalnya habis Rp 54.000,-

Setelah selesai makan, kami masuk ke terminal. Ternyata bus yang akan kami naiki sudah standby di terminal. Saat kami akan naik ke bus, ternyata kami belum diperbolehkan untuk naik karena bagian dalam bus masih dibersihkan.

     
Berpose di dekat bus Handoyo yang akan membawa kami kembali ke Semarang

Mendekati jam keberangkatan, akhirnya semua penumpang dipersilakan untuk naik ke bus. Kami pun segera naik dan duduk di seat sesuai nomor yang tertera pada tiket. Aku duduk di sebelah papaku, sementara Pak Harto duduk di depan kami.

Jam menunjukkan pukul 19.00 WIB, namun bus belum juga diberangkatkan. Padahal di tiket tertulis jam berangkatnya jam 19.00 WIB. Setengah jam kemudian, bus baru diberangkatkan. Artinya terlambat 30 menit dari jam keberangkatan seharusnya.

Akhirnya kami benar-benar meninggalkan kota Malang, pulang ke Semarang dengan membawa sejuta kenangan dari Ranu Kumbolo (yaelahh... lebay ah!).

Pulang ke Semarang dengan membawa sejuta kenangan dari Ranu Kumbolo

Perjalanan Malang-Semarang skip saja, karena tak ada yang menarik. Hehe... Dan sekitar pukul 04.45 WIB (sudah masuk hari Senin, 12 Desember 2016), kami sampai di Semarang. Welcome back to Semarang! Kami pun turun di daerah Banyumanik, setelah itu memanggil taksi untuk mengantar ke rumah. Tak menunggu lama, akhirnya taksi yang dipanggil datang. 

Pukul 05.30 WIB, akhirnya aku dan papaku sampai juga di rumah. Welcome home! Setelah beberapa hari bertualang, akhirnya kembali lagi ke rumah. Petualangan ke Ranu Kumbolo (untuk pertama kalinya) bisa dibilang sukses. Puji Tuhan, tidak terjadi apa-apa pada kami dari berangkat hingga kembali lagi ke rumah, walaupun kami sempat mengalami kejadian tak menyenangkan (aku ceritakan di tulisan sebelumnya).

Semoga lain waktu, kami bisa kembali lagi ke Ranu Kumbolo. Amin.
  

   

Kamis, 05 Januari 2017

Petualangan ke Ranu Kumbolo, Gunung Semeru, Jawa Timur - Part 3

Sabtu, 10 Desember 2016.
Pukul 04.45 WIB, kami sudah bangun dan bersiap-siap untuk melakukan pendakian ke Ranu Kumbolo. Rencananya sih kami mau berangkat pukul 05.00 biar sampai di Ranu Kumbolonya tidak siang. For your information, pendakian dari basecamp Ranu Pani menuju Ranu Kumbolo memakan waktu sekitar 4-5 jam, dengan jarak kurang lebih 10,5 kilometer.

Berhubung kami menunggu warung makannya Pak Yudi buka untuk mengambil pesanan makanan (malamnya kami pesan makanan untuk sarapan esok hari, dan akan kami ambil keesokan harinya saat mau berangkat ke Ranu Kumbolo), akhirnya kami tidak jadi berangkat jam 5 pagi.

Pukul 05.30 WIB, warung makannya Pak Yudi sudah buka, malahan warung makannya Pak Yudi yang pertama buka sementara warung makan yang lain masih tutup. Kami pun segera mengambil pesanan kami, yakni nasi pecel ala warung Pak Yudi. Hehe...

Saat akan mulai pendakian ke Ranu Kumbolo, tiba-tiba Pak Harto perutnya mules (walahh... kok nggak ya dari tadi-tadi pas belum mau berangkat). Akhirnya terpaksa molor ke Rakumnya. Kami menunggu Pak Harto BAB kurang lebih setengah jam. Sekitar pukul 06.05 WIB, akhirnya Pak Harto sudah selesai melakukan ritualnya, dan kami benar-benar melakukan pendakian ke Ranu Kumbolo. Yeaahh...

Ini dia dua pendaki hebat asal Semarang, babe gue dan Pak Harto

Kalo ini siapa coba? Haha...

Jalur pendakian menuju Ranu Kumbolo tidak begitu berat, jalannya landai dan beberapa bagian sudah di-paving. 1 jam perjalanan, kami pun sampai di Landengan Dowo.

Setelah 1 jam perjalanan, kami sampai di Landengan Dowo

Di Landengan Dowo, kami berhenti kurang lebih 3 menit, setelah itu kami melanjutkan perjalanan. Sepanjang perjalanan, kami belum menjumpai pendaki yang naik maupun yang turun. Selama perjalanan menuju Rakum, kami disuguhi pemandangan yang mengagumkan yang menyejukkan mata. Setelah 1 jam perjalanan dari Landengan Dowo, kami sampai di Watu Rejeng. Dinamakan Watu Rejeng karena di sini terdapat batu yang membentuk tebing yang sangat indah. 

Sampai di Watu Rejeng

Setelah beristirahat kurang lebih 5 menit di Watu Rejeng, kami melanjutkan perjalanan. Selepas Watu Rejeng, kami mulai menjumpai para pendaki yang akan naik. Kebanyakan dari mereka akan naik sampai ke Puncak Mahameru. Dalam hati, aku salut pada mereka.

Setelah berjalan kurang lebih 1 jam, kami tiba di pos 3. Di pos 3 ini, banyak pendaki yang mendirikan tenda buat nge-camp. Selain itu, juga ada penjual makanan. Selepas pos 3, jalurnya agak menanjak dengan kemiringan sekitar 35 derajat. Namun, tanjakan ini tidaklah panjang, hanya sekitar 50 meter, selepas itu, jalan kembali landai.

Setelah menempuh perjalanan kurang lebih 3,5 jam dari basecamp Ranu Pani, akhirnya Ranu Kumbolo mulai terlihat dari kejauhan.

Ranu Kumbolo sudah mulai terlihat

Kami pun juga berfoto bersama pendaki lain

Dan pukul 09.50 WIB, kami pun akhirnya sampai di tujuan utama kami, Ranu Kumbolo. Teman-teman, selamat datang di Ranu Kumbolo, surganya Gunung Semeru. Yuhuuu... Jika dihitung, waktu pendakian kami dari basecamp Ranu Pani ke Ranu Kumbolo tidak sampai 4 jam. Hebat kan? Padahal kami banyak berhentinya. Heheh...

Selamat datang di Ranu Kumbolo, surganya Gunung Semeru

Wuiihh... si babe "mbolang" ke Ranu Kumbolo. Haha...

Sesampainya di Ranu Kumbolo, kami langsung mengeluarkan bekal yang kami bawa dari bawah tadi dan memakannya. Maklum, tadi waktu berangkat kami belum sempat sarapan. Dengan duduk di pinggir danau, kami pun menikmati makanan kami.

Menikmati sensasi makan di pinggir danau

Setelah selesai makan, kami pun berjalan mengitari Ranu Kumbolo. Suhu di Ranu Kumbolo pagi itu sekitar 15 derajat Celcius, cukup dingin sih. Saat kami berada di Ranu Kumbolo, kabut pun mulai datang. Di dekat Ranu Kumbolo juga ada bukit yang mirip dengan bukit yang ada di acara telivisi Teletubbies. Benar-benar indah banget pemandangan yang ada di Ranu Kumbolo. Aku sama sekali tidak menyesal pergi ke sini. Malah tidak ingin pulang ke rumah. Haha...

   
Ini lho bukit yang mirip bukit di acara TV Teletubbies (sorry, kalo di foto ada aku yang lagi terbang. Haha)

Setelah berjalan mengitari Ranu Kumbolo, kami pun beristirahat di shelter yang ada di area camping ground Ranu Kumbolo. Banyak sekali pendaki di sini, baik yang beristirahat sebentar sebelum melanjutkan perjalanan maupun yang nge-camp.

Narsis di area camping ground Ranu Kumbolo

Kami berada di Ranu Kumbolo kurang lebih 2,5 jam, setelah itu kami kembali turun menuju basecamp Ranu Pani. Saat akan turun, tiba-tiba perutku mules. Akhirnya aku menuju ke WC yang ada di sekitar Ranu Kumbolo. Di Ranu Kumbolo ini, model WC-nya adalah WC kering, jadi tanah dibuat lubang. Untuk itu, kita harus sedia tisu dan air, karena di WC-nya tidak disediakan air.

Setelah selesai melakukan ritual, aku menyusul papa dan Pak Harto yang menungguku. Kami pun turun menuju Ranu Pani. Selama perjalanan turun, kami menjumpai banyak sekali pendaki yang akan naik, mungkin ada lebih dari 200 pendaki. Batinku, "Gilaaa... Banyak banget yang mau naik!" Mungkin karena libur long weekend, makanya Semeru ramai pengunjung. Saat berpapasan dengan pendaki yang akan naik, sampai-sampai kami harus mengalah mempersilakan mereka lewat duluan. 

Akhirnya, pukul 16.45 WIB, kami sampai di basecamp Ranu Pani. Selesai sudah petualangan kami ke Ranu Kumbolo. Benar-benar petualangan yang seru, penuh tantangan, dan berkesan. Aku pun sama sekali tidak menyesal ke Ranu Kumbolo, malah pengen kembali ke sini lagi suatu saat nanti. Keindahan alam Semeru yang sangat eksotis benar-benar membuatku jatuh hati (cieehhh... Lebay ah! Haha).    

Sampai di homestay, kami segera membersihkan diri, istirahat, lalu keluar mencari makan. Setelah makan malam, kami pun mengistirahatkan tubuh, karena esok harinya kami harus kembali ke kota asal kami Semarang.


==== SELESAI ====




    

Rabu, 04 Januari 2017

Petualangan ke Ranu Kumbolo, Gunung Semeru, Jawa Timur - Part 2

Setelah sampai di Stasiun Malang, kami langsung mencari warung makan untuk sarapan. Maklum, kami sudah kelaparan karena selama berada di kereta, kami hanya makan makanan ringan. Heheh... Akhirnya kami putuskan untuk makan di Sentra Kuliner Sriwijaya yang ada di seberang Stasiun Malang. 

Sentra Kuliner Sriwijaya, Malang

Di Sentra Kuliner Sriwijaya, terdapat banyak warung makan yang menyajikan berbagai macam kuliner. Kita bisa memilih kuliner yang sesuai selera kita. Kami akhirnya memilih untuk makan ayam goreng dan minumnya teh hangat. Ayam gorengnya sih rasanya maknyus banget, kalo kata Pak Bondan Winarno. Hehe... Tapi teh hangatnya, rasanya aneh banget, seperti teh layu.

Ayam gorengnya rasanya maknyus banget

Untuk makannya, semuanya habis Rp 72.000,-, tidak mahal dan tidak murah, standar!

Setelah selesai makan, kami segera mencari angkutan yang menuju Terminal Arjosari, Malang. Tak perlu menunggu lama, akhirnya angkutan yang kami tunggu lewat di depan Stasiun Malang. Kami pun segera naik ketika angkotnya berhenti. Waktu tempuh Stasiun Malang-Terminal Arjosari dengan mobil angkot kurang lebih 1 jam, karena harus berputar-putar dulu.

Sekitar pukul 11.30 WIB, kami sampai di Terminal Arjosari. Ketika membayar angkot, kami dikenai tarif Rp 5.000,- per orangnya, jadi 3 orang Rp 15.000,-. Padahal aku lihat tulisan di pintu angkotnya, tarif untuk umum Rp 3.500,-. Pikirku, ya sudahlah! Sesampainya di Terminal Arjosari, kami menuju ke loket penjualan tiket bus untuk membeli tiket buat pulangnya ke Semarang tanggal 11 Desember 2016. Kami memutuskan untuk naik bus Handoyo yang harga tiketnya cukup murah, yakni Rp 105.000,-.

Setelah membeli tiket bus, kami mencari angkutan yang menuju ke Tumpang. Tak lama kemudian, muncul angkutan jurusan Terminal Arjosari-Tumpang. Kami pun segera naik. Perjalanan dari Terminal Arjosari ke Tumpang memakan waktu kurang lebih 1 jam.

Naik angkot menuju Tumpang

Sekitar pukul 12.45 WIB, kami sampai di daerah Tumpang. Di sinilah gerbang masuk menuju Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (TNBTS). Saat kami turun dari mobil angkot yang kami naiki, kami mengalami kejadian tak menyenangkan. Sopir angkotnya mengenai tarif Rp 50.000,- pada kami, jadi per orangnya dikenai sekitar Rp 16.000,-, padahal tarif seharusnya dari Terminal Arjosari menuju Tumpang sekitar Rp 10.000,-. Mungkin karena melihat bawaan kami yang gede yang kelihatan kayak wisatawan berkantung tebal (padahal sih kami cuma backpacker berkantung pas-pasan. Haha), makanya sopir angkotnya mengenai tarif seenaknya. Tapi ya sudahlah, nggak apa-apa, itung-itung amal. Yang penting sih kami sampai di Tumpang.

Setelah membayar ongkos angkutan, kami segera menuju ke pos registrasi pendakian ke TNBTS yang ada di Pasar Tumpang. Di sana, kita diharuskan mengisi beberapa formulir dan menyerahkan persyaratan yang diperlukan, yakni 3 lembar fotokopi KTP, 3 lembar surat keterangan sehat dari dokter (2 fotokopi dan 1 asli dengan stempel basah).   

Pos registrasi pendakian TNBTS yang ada di Pasar Tumpang

Setelah mengisi formulir dan menyerahkan persyaratan, kami akhirnya diizinkan untuk melakukan pendakian ke Gunung Semeru. Yeyeye... Senang deh! Haha...

Berhubung kami sampai di Tumpang sudah siang, kami tidak mendapat angkutan mobil pengangkut sayuran yang menuju Desa Ranu Pani. Mobil pengangkut sayuran itu menuju ke Ranu Pani hanya pada pagi hari, yakni jam 7 pagi. Selebihnya, kita diharuskan menyewa mobil jeep dengan biaya sewa Rp 650.000,-/mobil. Mobil jeep itu mampu mengangkut maksimal 12 orang. Jadi aku sarankan kalo mau menyewa jeep, harus barengan rombongan lain agar kita patungannya bisa lebih murah. Hehe... Atau kalo tidak mau menyewa mobil jeep, bisa naik ojek dari Pasar Tumpang ke Ranu Pani dengan ongkos sekitar Rp 100 ribuan per orang.

Akhirnya kami memutuskan untuk menyewa mobil jeep ke Ranu Paninya. Kami mencari rombongan lain yang juga mau menuju ke Ranu Pani agar kami patungannya bisa lebih murah. Hahaha... Akhirnya kami dapat 4 orang, jadi total kami bertujuh. Setelah bernegosiasi dengan 4 orang itu, akhirnya deal per orangnya bayar sekitar Rp 90 ribuan (masih mahal yak? Haha).

Akhirnya kami menyewa mobil jeep ke Ranu Paninya

Pukul 14.35 WIB, mobil jeep yang kami sewa berangkat menuju Ranu Pani. Perjalanan dari Pasar Tumpang menuju Ranu Pani memakan waktu sekitar 1,5 jam. Itu artinya, kita sampai di Ranu Pani sekitar jam 4 sore. Padahal jam 4 sore itu adalah batas terakhir pengurusan perizinan pendakian Gunung Semeru di pos registrasi Ranu Pani (duh, gimana ini?). Sempat khawatir juga kalo sampai Ranu Pani, pos registrasinya sudah tutup, dan kita diharuskan registrasi keesokan harinya.

Selama perjalanan menuju Ranu Pani, kita disuguhi pemandangan Pegunungan Tengger nan eksotis.

Akhirnya kami memasuki kawasan Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (TNBTS)

Kita pun bisa melihat Gunung Bromo saat menuju Ranu Pani

Tepat pukul 16.00 WIB, akhirnya kami sampai di Desa Ranu Pani, yang menjadi desa terakhir sebelum mendaki Gunung Semeru. Ranu Pani juga merupakan desa tertinggi di Pulau Jawa dengan ketinggian 2.100 MDPL.


Akhirnya sampai di Ranu Pani

Kami pun segera turun dari jeep dan membayar biaya sewanya. Sesuai kesepakatan, per orangnya membayar Rp 90 ribuan. Setelah menyelesaikan pembayaran sewa jeep, kami langsung menuju pos registrasi. Dan ternyata, pos registrasinya belum tutup dan kami masih dilayani untuk mengurus perizinan pendakian. Benar-benar beruntung banget kita. Haha...

Di pos registrasi di Ranu Pani, kita diminta menyerahkan formulir yang kita dapatkan saat registrasi di pos registrasi di Tumpang tadi. Setelah itu, kita diharuskan membayar tiket masuk kawasan TNBTS. Untuk 3 orang, kita diharuskan membayar Rp 172.500,- dengan rincian sebagai berikut:

Kami akan berada di TNBTS selama 3 hari 2 malam (Jumat-Minggu), maka perhitungan biaya masuknya adalah:
  • Tiket hari biasa: Rp 15.000/hari/orang + biaya asuransi sebesar Rp 2.500/orang. Jadi hitungannya =  2 x 3 x Rp 17.500 = Rp 105.000,-
  • Tiket hari libur (Minggu): Rp 20.000/hari/orang + biaya asuransi sebesar Rp 2.500/orang. Jadi hitungannya = 3 x Rp 22.500 = Rp 67.500,-
Jadi total biaya yang kami keluarkan untuk masuk ke TNBTS = Rp 105.000 + Rp 67.500 = Rp 172.500,- 

Menurutku, tiket masuk ke Semeru itu adalah yang paling mahal dibanding gunung-gunung lain yang ada di Pulau Jawa. Kalo gunung-gunung lain yang ada di luar Jawa sih aku kurang tahu, soalnya belum pernah mendaki gunung yang ada di luar Pulau Jawa sih (siapa juga yang nanya?). Haha...  

Selain harga tiket masuknya yang mahal, juga perizinan pendakiannya yang agak ketat. Sebelum mendaki, kita diharuskan mengurus surat keterangan sehat dari dokter. Dan untuk mendaki ke Semeru per harinya dibatasi 500 orang. Jadi, jika dalam sehari ada lebih dari 500 pendaki, maka sisanya diharuskan mendaki keesokan harinya.

Aku bersyukur karena sore itu masih bisa mengurus perizinan pendakian, dan setelah selesai mengurus perizinan, semua pendaki yang sudah registrasi diharuskan mengikuti briefing. Dalam briefing, kita akan diberi pengarahan dan juga diberi tahu apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan selama mendaki Semeru. Briefing ini berlangsung kurang lebih setengah jam.

Setelah briefing, aku dan dua rekanku (papaku dan Pak Harto) mencari penginapan, karena rencananya kami ke Ranu Kumbolonya keesokan harinya. Setelah mencari-cari penginapan, akhirnya kami mendapatkan homestay yang cukup murah, Rp 10.000,-/malam. Mungkin kalian bertanya-tanya, "Kok bisa murah banget sih?" Iya murah, soalnya tidurnya di karpet. Haha... Kalo tidurnya di kasur, kita diharuskan membayar Rp 200.000,-/malam. Namanya juga backpacker, jadi kami pilih yang murah dong. Nggak apa-apa tidur di karpet, yang penting dapat penginapan. Haha...

Kami pun membersihkan diri, setelah itu istirahat sebentar, karena kami belum sempat istirahat selama perjalanan dari Semarang menuju Ranu Pani. Setelah cukup beristirahat, kami keluar mencari makan malam. Di Ranu Pani ini, banyak sekali warung makan yang menjual berbagai makanan. Kami memilih untuk makan di warung makan yang ada di seberang tempat kami menginap. Ternyata harga makanan di situ cukup murah. Seporsi nasi goreng harganya Rp 10.000,-, dan teh hangatnya cukup Rp 2.000,-. Murah bukan? Hehe... Rasanya pun juga cukup enak. Oh ya, pemilik warung makannya orangnya ramah banget lho. Namanya Pak Yudi. Sambil menikmati makan malam, kami pun berbincang-bincang dengan Pak Yudi, membicarakan banyak hal. Selain pemilik warung makan, Pak Yudi ini juga seorang porter yang membawakan barang bawaan pendaki ketika melakukan pendakian ke Semeru.

Menikmati makan malam sambil mengobrol

Setelah selesai makan malam dan mengobrol dengan Pak Yudi, kami pun kembali ke homestay untuk beristirahat, karena pagi-pagi sekali kami harus berangkat menuju Ranu Kumbolo yang menjadi tujuan utama kami.

==== BERSAMBUNG ====

    

Selasa, 03 Januari 2017

Petualangan ke Ranu Kumbolo, Gunung Semeru, Jawa Timur - Part 1

Beberapa waktu yang lalu, aku bersama dua rekanku dari TUC (Terong Ungu Community) melakukan pendakian ke Ranu Kumbolo yang ada di Gunung Semeru, Jawa Timur. Berhubung ceritanya agak panjang, maka akan aku bagi menjadi beberapa part. Biar tidak pada penasaran, langsung saja ya aku cerita. Hehe...

Ceritanya, jauh hari sebelum libur long weekend tanggal 12 Desember 2016 (kebetulan tanggal 12 Desember itu tanggal merah, libur Maulid Nabi), aku bersama rekan-rekan di TUC merencanakan untuk ke Ranu Kumbolo. Setelah melalui rapat (ceileehh... rapat!), akhirnya disepakati berangkatnya ke Ranu Kumbolo tanggal 9 Desember 2016, atau 3 hari sebelum libur Maulid Nabi. Untuk menuju Ranu Kumbolonya dari Semarang, kami memutuskan untuk naik kereta menuju Malang.

Awalnya, yang akan berangkat ke Ranu Kumbolo ada 5 orang, yakni aku, papaku, Pak Harto, Pak Totok, dan Pak Cholin. Namun karena Pak Totok dan Pak Cholin tiba-tiba ada acara keluarga pada hari H-nya, jadilah 3 orang yang akan berangkat ke Ranu Kumbolo, yakni aku, papaku, dan Pak Harto.

Sebulan sebelum keberangkatan, aku memesan tiket kereta tujuan Malang untuk 3 orang. Untungnya, masih ada kursi untuk keberangkatan tanggal 9 Desember 2016. Karena biasanya kalo libur long weekend, tiket kereta sudah ludes jauh-jauh hari sebelumnya. Kereta yang aku naiki adalah kereta Majapahit jurusan Pasar Senen-Malang dengan harga tiket Rp 180.000,- dari Semarang Tawang menuju Malang. Jadi total yang kami keluarkan untuk tiket kereta sebesar Rp 540.000,-.

Setelah urusan tiket kereta beres, kami mempersiapkan segala sesuatu yang dibutuhkan untuk menuju Ranu Kumbolo, termasuk persiapan fisik. Untuk ke Ranu Kumbolo atau Gunung Semeru, stamina harus benar-benar fit, karena medan di sana tidak bisa dianggap remeh. For your information, untuk melakukan pendakian ke Ranu Kumbolo atau Gunung Semeru, diperlukan surat keterangan sehat dari dokter, yang nanti ditunjukkan pada petugas pada saat kita mengurus perizinan pendakian di pos registrasi. Jadi, tidak semua orang bisa melakukan pendakian ke Gunung Semeru.

2 minggu sebelum keberangkatan, aku mengurus surat keterangan sehat di dokter keluarga. Puji Tuhan, aku dinyatakan sehat dan akhirnya diberi surat keterangan sehat. Hahay... Senangnya!

Kamis 8 Desember 2016. Pagi harinya, aku masuk kerja dulu seperti biasa, karena kebetulan kereta Majapahit yang akan aku naiki berangkatnya Jumat dini hari pukul 00.53 WIB. Jam 12 setelah makan siang, aku izin pada atasanku untuk pulang ke Semarang karena malamnya harus berangkat ke Malang. Untungnya atasanku baik, jadi aku diizinkan pulang lebih awal. Hehe...

Sebelum balik Semarang, aku balik ke kost dulu untuk packing. Setelah beres semua, aku balik ke Semarang dengan mengendarai sepeda motor. Perjalanan Jogja-Semarang lancar jaya, dan sekitar jam 3 sore, aku sudah sampai di rumah. Sesampainya di rumah, aku istirahat sebentar biar nanti tidak capek saat perjalanan, dan biar tidak nge-drop saat mendaki Gunung Semeru.

Setelah istirahat, aku mempersiapkan segala sesuatu yang harus dibawa ke Ranu Kumbolo. Yang pasti, pakaian harus dibawa.

Pukul 22.00 WIB, aku dan papaku sudah siap untuk berangkat. Kami pun berpamitan pada keluarga dan memohon doa restu agar perjalanannya lancar dan tidak terjadi sesuatu yang tidak diinginkan dari berangkat sampai kembali lagi ke rumah. Setelah berpamitan, kami menuju rumah Pak Harto. Pak Harto pun juga sudah siap. Setelah semuanya siap, kami memanggil taksi yang akan mengantar kami ke Stasiun Tawang, Semarang. Setelah menunggu kurang lebih 30 menit, akhirnya taksi yang kami panggil datang, dan kami berangkat menuju Stasiun Tawang. Yeaahh... petualangan dimulai!

Sekitar pukul 23.20 WIB, kami tiba di Stasiun Tawang. Sebelum turun, kami membayar ongkos taksi. Ongkos taksi dari rumah di Tembalang ke Stasiun Tawang (jarak kurang lebih 15 km) habisnya Rp 74.000,-. Cukup mahal juga ya? Hehe...

Setelah membayar taksi, kami masuk ke stasiun. Sebelum masuk ke ruang tunggu, kami diharuskan mencetak boarding pass dulu pada mesin cetak tiket mandiri (CTM). Naik kereta sekarang kayak naik pesawat, harus pakai boarding pass. Bagus juga sih perkembangan kereta api Indonesia sekarang.

Naik kereta sekarang pakai boarding pass kayak pesawat

Setelah mencetak boarding pass dan menunjukkannya pada petugas, kami dipersilakan menuju ke ruang tunggu. Berhubung keretanya masih lama datangnya, daripada bosan menunggu, aku gunakan buat jeprat-jepret suasana di stasiun sambil sesekali online medsos. Hehe...

Menunggu kereta datang

Arsitektur Stasiun Tawang kental dengan nuansa Belanda

Mendekati jam keberangkatan, petugas stasiun menginformasikan bahwa kereta Majapahit mengalami keterlambatan dan akan tiba di Semarang sekitar pukul 01.20 WIB. Gimana sih ini? Udah berangkatnya tengah malam, telat pula. Aku protes dalam hati. Ada perasaan sedikit menyesal naik kereta, apalagi berangkatnya tengah malam. Padahal jam 1 dini hari itu aku harusnya sudah berada di atas awan alias tidur. 

Jam sudah menunjukkan pukul 01.20, namun kereta belum juga datang. Duh, pye jal? Sempat terpikir untuk pulang ke rumah saja, tapi sayang duitnya. Hahaha... 

Sekitar pukul 01.30, kereta Majapahit akhirnya tiba di Stasiun Tawang. Terlambat setengah jam lebih. Kami pun segera menuju ke kereta. Di sini, aku dan papaku harus berpisah dengan Pak Harto, karena Pak Harto duduk di gerbong 7, sementara aku dan papaku duduk sebelahan di gerbong 1. Bye Pak Harto! Jangan nakal ya.

Akhirnya kereta Majapahit-nya datang juga, meskipun terlambat 30 menit lebih

Kereta Majapahit berhenti di Stasiun Tawang kurang lebih 15 menit. Setelah itu berangkat lagi dan berhenti di beberapa stasiun, seperti Stasiun Kedungjati, Stasiun Solo Jebres, Stasiun Madiun, Stasiun Blitar, dan tujuan akhirnya Stasiun Malang.

Saat menikmati perjalanan di kereta, tiba-tiba aku dan papaku dikejutkan dengan kehadiran Pak Harto di gerbong 1. Dengan santainya Pak Harto duduk di kursi depan kami. Loh, kok bisa sih? Usut punya usut, ternyata Pak Harto bertukar tempat duduk dengan salah satu penumpang di gerbong 1 yang duduknya berada di depan kami, karena keluarga penumpang itu duduknya ada gerbong 7. Benar-benar sebuah keberuntungan buat Pak Harto. Hehe... Akhirnya kami bertiga tidak jadi beda gerbong deh.   

Selama perjalanan Semarang-Malang, aku disuguhi pemandangan yang mengagumkan, hamparan sawah yang hijau, gunung-gunung yang tinggi, dan perbukitan-perbukitan yang indah.

Disuguhi pemandangan hamparan sawah yang hijau

Setelah menempuh perjalanan kurang lebih 8 jam, akhirnya tepat pukul 10.00 WIB, kereta Majapahit tiba di tujuan terakhir, yakni Stasiun Malang. Semua penumpang pun turun, termasuk kami bertiga. Akhirnya, sampai juga. Badan pun terasa kaku, karena selama perjalanan, kaki tidak bisa selonjor. Maklum, naik kereta kelas AC ekonomi, apalagi kondisinya full penumpang. Menurutku, untuk perjalanan jarak jauh kurang nyaman kalo naik kereta kelas AC ekonomi. 

Akhirnya sampai juga di Stasiun Malang

Perjalanan kami pun belum berakhir sampai di sini. Kami harus melanjutkan perjalanan lagi untuk menuju tujuan terakhir kami, yakni Desa Ranu Pani, Kabupaten Lumajang yang menjadi gerbang masuk ke Gunung Semeru.

Well, akhirnya cerita part 1 selesai dan bersambung ke cerita part 2. Terima kasih yang sudah membaca. See you on the next stories!


==== BERSAMBUNG ====

    




Senin, 02 Januari 2017

Pengalaman Pertama Naik Maskapai Low Cost Carrier Air Asia

Asyiiikkk... tahun 2016, tepatnya di penghujung tahun, aku diberi kesempatan lagi naik pesawat. Senangnya bukan main (norak banget!). Hehe... Kali ini aku mau menceritakan pengalamanku naik maskapai low cost carrier (LCC) Air Asia kemarin tanggal 2 Desember 2016.

Ini bukan pertama kalinya aku naik pesawat. Sebelumnya, aku sudah pernah naik pesawat, tepatnya Desember tahun lalu waktu libur Natal. Jadi, ini adalah kali kedua aku naik pesawat, tapi pertama kalinya naik maskapai Air Asia. Jika sebelumnya aku naik pesawat dari Semarang ke Jakarta, kali ini aku naik pesawat dari Jogja ke Jakarta.

Kebetulan pada tanggal 3 Desember 2016 itu ada acara Reuni Akbar Undip di Jakarta. Sebagai alumni Undip, aku tidak ingin melewatkan acara itu begitu saja dan ingin turut serta (ceileh!). Akhirnya aku kontak temanku yang ada di Jakarta kalo tanggal 3 Desember aku mau ke Jakarta. Aku juga mengajak temanku untuk ikut acara reuni, kebetulan temanku itu juga alumni Undip dan kami satu fakultas. Temanku itu langsung mengiyakan saja. Akhirnya aku putuskan berangkat ke Jakarta-nya tanggal 2 Desember 2016.

Setelah tanggal keberangkatannya fix, aku mulai browsing nyari-nyari tiket pesawat murah. Pas browsing di situs Traveloka, aku menemukan tiket pesawat Air Asia yang sangat murah. Jogja-Jakarta cuma Rp 315 ribu, murah banget! Tanpa pikir panjang, aku langsung booking tiket pesawat Air Asia buat tanggal 2 Desember. Oh ya, aku booking-nya 3 bulan sebelum keberangkatan, dan tiket yang aku dapat itu adalah tiket promo. Hehe...

Setelah melakukan pembayaran via ATM, pihak travel agent mengirimkan e-tiket ke alamat e-mail. Beres deh, tinggal menunggu hari keberangkatan.

2 minggu sebelum keberangkatan, aku melakukan web check-in di website-nya Air Asia. Jadi nanti pas sampai bandara, aku tidak perlu mengantre di counter check-in. Web check-in ini sangat praktis. Setelah melakukan web check-in, pihak maskapai akan mengirimkan boarding pass ke alamat e-mail. Boarding pass itu nanti di-print dan ditunjukkan pada petugas bandara.

Boarding pass-nya Air Asia

Setelah urusan web check-in beres, aku tinggal duduk manis menunggu hari H keberangkatan.

Jumat, 2 Desember 2016. Akhirnya hari yang ditunggu pun datang juga. Siap-siap terbang ke Jakarta. Pukul 10.00 WIB, aku berangkat dari kost menuju Bandara Internasional Adi Sucipto, Yogyakarta dengan menggunakan bus Trans Jogja. Perjalanan dari kost menuju Bandara Adi Sucipto memakan waktu sekitar 20 menit. Dengan berjalan kaki, aku keluar dari kost menuju shelter Trans Jogja yang ada di depan SMA De Britto. Sampainya di shelter Trans Jogja, aku segera membeli tiket pada petugas. Harga tiketnya pun sangat murah, yakni cuma Rp 3.500,-. Setelah membeli tiket, aku dipersilakan masuk shelter untuk menunggu bus. Tak perlu menunggu lama, sekitar 5 menit kemudian, bus yang aku tunggu akhirnya datang. Memasuki bus, kondisinya tidak terlalu penuh penumpang, sehingga aku kebagian tempat duduk.    

Masih kebagian tempat duduk di bus (maaf ya kalo narsis. Hehe)

Sesampainya di fly over Janti, banyak penumpang Trans Jogja yang turun, sehingga penumpangnya cuma tinggal aku yang turun di Bandara Adi Sucipto (gini ini berasa naik bus pribadi).

Penumpangnya Trans Jogja cuma tinggal aku

Sekitar pukul 10.25 WIB, bus Trans Jogja yang aku naiki sampai di Bandara Adi Sucipto. Segera aku turun dari bus dan menuju ke terminal keberangkatan. Sebagai informasi saja, Bandara Adi Sucipto ini memiliki dua terminal, yakni terminal A dan terminal B. Dan untuk Air Asia, keberangkatan dan kedatangan ada di terminal B. Jarak terminal B sendiri sekitar 100 meter sebelah barat terminal A. Tidak terlalu jauh memang.

Untuk menuju terminal B, aku harus melalui jalur penghubung antara terminal A dengan terminal B.

Jalur penghubung terminal A dengan terminal B

Setelah berjalan kurang lebih 100 meter, akhirnya aku sampai di terminal B. Segera aku tunjukkan boarding pass dan kartu identitasku pada petugas bandara, setelah itu berjalan melalui pemeriksaan. Setelah lolos pemeriksaan, aku segera menuju ke boarding room atau ruang tunggu penumpang. Sebelum masuk ke boarding room, aku harus melalui pemeriksaan untuk kedua kalinya. Sama seperti pemeriksaan pertama, di sini boarding pass dan kartu identitas akan diperiksa oleh petugas, dan barang bawaan harus ditaruh pada conveyor belt sementara kita harus berjalan melalui metal detector. Saat aku berjalan melalui metal detector, alarm metal detector sempat berbunyi. Hal ini dikarenakan aku memakai sabuk yang ada logamnya dan tidak aku lepas. Petugas sempat memeriksa seluruh bagian tubuhku dengan alat pendeteksi logam, namun akhirnya aku diperbolehkan masuk ke boarding room karena petugas tidak menemukan apa-apa. Hehe...

Saat memasuki boarding room, kondisinya sangat penuh dengan para calon penumpang yang akan menaiki pesawat. Aku hampir saja tidak kebagian tempat duduk di boarding room. Hiks... 

Boarding room penuh dengan para calon penumpang yang akan menaiki pesawat

Sambil menunggu keberangkatan, aku melihat-lihat sekeliling yang ada di boarding room terminal B. Di sini kita juga bisa melihat pesawat yang lalu lalang. Kondisi boarding room terminal B ini kesannya sangat bersih dan ruangannya sangat bagus. Maklum, bangunan terminal B ini masih tergolong baru, karena baru diresmikan pada tahun 2015.

Ketika melihat status penerbangan maskapai yang akan aku naiki pada layar informasi penerbangan atau flight information display system (FIDS), diinformasikan bahwa pesawatku mengalami delay, yang harusnya berangkat pukul 12.55 WIB menjadi pukul 13.10 WIB. Ya cuma delay 15 menit sih. Tak lamalah. Hehe...

Sekitar pukul 12.30 WIB, semua penumpang Air Asia QZ 7557 tujuan Jakarta dimohon untuk menuju pesawat melalui gate 2. Setelah menunjukkan boarding pass dan kartu identitasku pada petugas maskapai, aku dipersilakan menuju ke pesawat. Horeee... bentar lagi terbang! Haha... norak!

Segera aku menuju ke pesawat. Pesawat yang akan aku naiki ini berjenis Airbus A320-200. Ini pertama kalinya aku merasakan naik pesawat Airbus, setelah sebelumnya pernah merasakan naik pesawat Boeing bertipe 737-500.

Pesawat Air Asia QZ 7557 yang akan membawaku ke Jakarta

Setelah memasuki pesawat, aku segera duduk di seat sesuai nomor yang tertera pada boarding pass, yakni seat 23A yang letaknya di samping jendela (dalam hati aku senang banget karena dapat seat di samping jendela. Hehe). Oh ya, menurutku, menurutku lho ya, jarak antar seat di Air Asia ini agak sempit, jadi kaki agak susah selonjor, terutama bagi mereka yang berpostur tinggi.

Jarak antar seat-nya agak sempit

Sekitar pukul 13.10 WIB, pesawat bersiap untuk take off. Terlambat 15 menit dari jadwal keberangkatan seharusnya, yakni pukul 12.55 WIB. Dan beberapa menit kemudian, pesawat benar-benar lepas landas. Yeahh... I'm flying without wings (kok jadi kayak lirik lagu ya? Hehe). Saat terbang, aku bisa melihat pemandangan Yogyakarta dari udara. Benar-benar indah banget.  

Pemandangan Yogyakarta dari udara

Ketika berada di udara, pesawat terbang pada ketinggian 28.000 kaki atau sekitar 8.000 meter. Selama berada di pesawat, aku memilih untuk melihat pemandangan di luar daripada tidur. Sesekali aku mengambil gambar dengan kamera smartphone-ku.

Pemandangan langit yang menawan

Beberapa menit sebelum mendarat, pilot menginformasikan bahwa cuaca di Jakarta mendung disertai gerimis. Saat akan mendarat, pesawat sempat mengalami guncangan kecil. Agak parno, tapi aku mencoba untuk stay cool (jiaahh... gayanya stay cool. Coolkas kale!).  

Tepat pukul 14.10 WIB, pesawat mendarat di Bandara Internasional Soekarno Hatta, Tangerang. Terlambat 10 menit dari waktu kedatangan yang tertera pada tiket. Puji Tuhan, akhirnya mendarat dengan selamat.

Akhirnya pesawat mendarat dengan mulus di Bandara Soekarno Hatta, Tangerang

Setelah pesawat benar-benar berhenti dengan sempurna, para penumpang pun turun satu per satu, termasuk aku (lha kalo nggak turun, emangnya mau di pesawat terus?). Tak lupa aku ucapkan terima kasih pada pramugarinya yang cantik. Uhukk... Batuk! Namun ada satu hal yang aku lupa, lupa foto berdua sama pramugarinya. Haha...

Setelah keluar dari pesawat, aku berjalan menuju pintu kedatangan terminal 2F Bandara Soekarno Hatta. Yeahh... Akhirnya, welcome to Jekardah! Ini adalah kali keempat aku ke Jakarta. Aku tak menyangka tahun 2016 akan kembali lagi ke Jakarta. Ada perasaan senang bercampur haru (please deh, nggak usah lebay!). Hihi... 

Welcome to Jekardah!

Well, itulah pengalamanku ke Jakarta dengan maskapai Air Asia. Overall, aku cukup puas naik Air Asia, walaupun tetap ada kekurangannya, seperti jarak antar seat yang agak sempit, tidak mendapat makanan gratis di pesawat (harus bayar lagi kalo pengen makan), dan tidak adanya hiburan dalam pesawat (in-flight entertainment). Namun, semua itu bisa dimaklumi, mengingat Air Asia adalah maskapai berbiaya murah atau low cost carrier. Bagi yang menginginkan maskapai dengan harga tiket yang cukup miurah, Air Asia recommended deh (ini bukan promosi lho ya. Haha).

Terima kasih bagi yang sudah meluangkan waktu membaca tulisanku. Maaf kalo bahasanya amburadul. Sampai ketemu lagi di lain waktu. Bye!