Beberapa waktu yang lalu, aku bersama dua rekanku dari TUC (Terong Ungu Community) melakukan pendakian ke Ranu Kumbolo yang ada di Gunung Semeru, Jawa Timur. Berhubung ceritanya agak panjang, maka akan aku bagi menjadi beberapa part. Biar tidak pada penasaran, langsung saja ya aku cerita. Hehe...
Ceritanya, jauh hari sebelum libur long weekend tanggal 12 Desember 2016 (kebetulan tanggal 12 Desember itu tanggal merah, libur Maulid Nabi), aku bersama rekan-rekan di TUC merencanakan untuk ke Ranu Kumbolo. Setelah melalui rapat (ceileehh... rapat!), akhirnya disepakati berangkatnya ke Ranu Kumbolo tanggal 9 Desember 2016, atau 3 hari sebelum libur Maulid Nabi. Untuk menuju Ranu Kumbolonya dari Semarang, kami memutuskan untuk naik kereta menuju Malang.
Awalnya, yang akan berangkat ke Ranu Kumbolo ada 5 orang, yakni aku, papaku, Pak Harto, Pak Totok, dan Pak Cholin. Namun karena Pak Totok dan Pak Cholin tiba-tiba ada acara keluarga pada hari H-nya, jadilah 3 orang yang akan berangkat ke Ranu Kumbolo, yakni aku, papaku, dan Pak Harto.
Sebulan sebelum keberangkatan, aku memesan tiket kereta tujuan Malang untuk 3 orang. Untungnya, masih ada kursi untuk keberangkatan tanggal 9 Desember 2016. Karena biasanya kalo libur long weekend, tiket kereta sudah ludes jauh-jauh hari sebelumnya. Kereta yang aku naiki adalah kereta Majapahit jurusan Pasar Senen-Malang dengan harga tiket Rp 180.000,- dari Semarang Tawang menuju Malang. Jadi total yang kami keluarkan untuk tiket kereta sebesar Rp 540.000,-.
Setelah urusan tiket kereta beres, kami mempersiapkan segala sesuatu yang dibutuhkan untuk menuju Ranu Kumbolo, termasuk persiapan fisik. Untuk ke Ranu Kumbolo atau Gunung Semeru, stamina harus benar-benar fit, karena medan di sana tidak bisa dianggap remeh. For your information, untuk melakukan pendakian ke Ranu Kumbolo atau Gunung Semeru, diperlukan surat keterangan sehat dari dokter, yang nanti ditunjukkan pada petugas pada saat kita mengurus perizinan pendakian di pos registrasi. Jadi, tidak semua orang bisa melakukan pendakian ke Gunung Semeru.
2 minggu sebelum keberangkatan, aku mengurus surat keterangan sehat di dokter keluarga. Puji Tuhan, aku dinyatakan sehat dan akhirnya diberi surat keterangan sehat. Hahay... Senangnya!
Kamis 8 Desember 2016. Pagi harinya, aku masuk kerja dulu seperti biasa, karena kebetulan kereta Majapahit yang akan aku naiki berangkatnya Jumat dini hari pukul 00.53 WIB. Jam 12 setelah makan siang, aku izin pada atasanku untuk pulang ke Semarang karena malamnya harus berangkat ke Malang. Untungnya atasanku baik, jadi aku diizinkan pulang lebih awal. Hehe...
Sebelum balik Semarang, aku balik ke kost dulu untuk packing. Setelah beres semua, aku balik ke Semarang dengan mengendarai sepeda motor. Perjalanan Jogja-Semarang lancar jaya, dan sekitar jam 3 sore, aku sudah sampai di rumah. Sesampainya di rumah, aku istirahat sebentar biar nanti tidak capek saat perjalanan, dan biar tidak nge-drop saat mendaki Gunung Semeru.
Setelah istirahat, aku mempersiapkan segala sesuatu yang harus dibawa ke Ranu Kumbolo. Yang pasti, pakaian harus dibawa.
Pukul 22.00 WIB, aku dan papaku sudah siap untuk berangkat. Kami pun berpamitan pada keluarga dan memohon doa restu agar perjalanannya lancar dan tidak terjadi sesuatu yang tidak diinginkan dari berangkat sampai kembali lagi ke rumah. Setelah berpamitan, kami menuju rumah Pak Harto. Pak Harto pun juga sudah siap. Setelah semuanya siap, kami memanggil taksi yang akan mengantar kami ke Stasiun Tawang, Semarang. Setelah menunggu kurang lebih 30 menit, akhirnya taksi yang kami panggil datang, dan kami berangkat menuju Stasiun Tawang. Yeaahh... petualangan dimulai!
Sekitar pukul 23.20 WIB, kami tiba di Stasiun Tawang. Sebelum turun, kami membayar ongkos taksi. Ongkos taksi dari rumah di Tembalang ke Stasiun Tawang (jarak kurang lebih 15 km) habisnya Rp 74.000,-. Cukup mahal juga ya? Hehe...
Setelah membayar taksi, kami masuk ke stasiun. Sebelum masuk ke ruang tunggu, kami diharuskan mencetak boarding pass dulu pada mesin cetak tiket mandiri (CTM). Naik kereta sekarang kayak naik pesawat, harus pakai boarding pass. Bagus juga sih perkembangan kereta api Indonesia sekarang.
Awalnya, yang akan berangkat ke Ranu Kumbolo ada 5 orang, yakni aku, papaku, Pak Harto, Pak Totok, dan Pak Cholin. Namun karena Pak Totok dan Pak Cholin tiba-tiba ada acara keluarga pada hari H-nya, jadilah 3 orang yang akan berangkat ke Ranu Kumbolo, yakni aku, papaku, dan Pak Harto.
Sebulan sebelum keberangkatan, aku memesan tiket kereta tujuan Malang untuk 3 orang. Untungnya, masih ada kursi untuk keberangkatan tanggal 9 Desember 2016. Karena biasanya kalo libur long weekend, tiket kereta sudah ludes jauh-jauh hari sebelumnya. Kereta yang aku naiki adalah kereta Majapahit jurusan Pasar Senen-Malang dengan harga tiket Rp 180.000,- dari Semarang Tawang menuju Malang. Jadi total yang kami keluarkan untuk tiket kereta sebesar Rp 540.000,-.
Setelah urusan tiket kereta beres, kami mempersiapkan segala sesuatu yang dibutuhkan untuk menuju Ranu Kumbolo, termasuk persiapan fisik. Untuk ke Ranu Kumbolo atau Gunung Semeru, stamina harus benar-benar fit, karena medan di sana tidak bisa dianggap remeh. For your information, untuk melakukan pendakian ke Ranu Kumbolo atau Gunung Semeru, diperlukan surat keterangan sehat dari dokter, yang nanti ditunjukkan pada petugas pada saat kita mengurus perizinan pendakian di pos registrasi. Jadi, tidak semua orang bisa melakukan pendakian ke Gunung Semeru.
2 minggu sebelum keberangkatan, aku mengurus surat keterangan sehat di dokter keluarga. Puji Tuhan, aku dinyatakan sehat dan akhirnya diberi surat keterangan sehat. Hahay... Senangnya!
Kamis 8 Desember 2016. Pagi harinya, aku masuk kerja dulu seperti biasa, karena kebetulan kereta Majapahit yang akan aku naiki berangkatnya Jumat dini hari pukul 00.53 WIB. Jam 12 setelah makan siang, aku izin pada atasanku untuk pulang ke Semarang karena malamnya harus berangkat ke Malang. Untungnya atasanku baik, jadi aku diizinkan pulang lebih awal. Hehe...
Sebelum balik Semarang, aku balik ke kost dulu untuk packing. Setelah beres semua, aku balik ke Semarang dengan mengendarai sepeda motor. Perjalanan Jogja-Semarang lancar jaya, dan sekitar jam 3 sore, aku sudah sampai di rumah. Sesampainya di rumah, aku istirahat sebentar biar nanti tidak capek saat perjalanan, dan biar tidak nge-drop saat mendaki Gunung Semeru.
Setelah istirahat, aku mempersiapkan segala sesuatu yang harus dibawa ke Ranu Kumbolo. Yang pasti, pakaian harus dibawa.
Pukul 22.00 WIB, aku dan papaku sudah siap untuk berangkat. Kami pun berpamitan pada keluarga dan memohon doa restu agar perjalanannya lancar dan tidak terjadi sesuatu yang tidak diinginkan dari berangkat sampai kembali lagi ke rumah. Setelah berpamitan, kami menuju rumah Pak Harto. Pak Harto pun juga sudah siap. Setelah semuanya siap, kami memanggil taksi yang akan mengantar kami ke Stasiun Tawang, Semarang. Setelah menunggu kurang lebih 30 menit, akhirnya taksi yang kami panggil datang, dan kami berangkat menuju Stasiun Tawang. Yeaahh... petualangan dimulai!
Sekitar pukul 23.20 WIB, kami tiba di Stasiun Tawang. Sebelum turun, kami membayar ongkos taksi. Ongkos taksi dari rumah di Tembalang ke Stasiun Tawang (jarak kurang lebih 15 km) habisnya Rp 74.000,-. Cukup mahal juga ya? Hehe...
Setelah membayar taksi, kami masuk ke stasiun. Sebelum masuk ke ruang tunggu, kami diharuskan mencetak boarding pass dulu pada mesin cetak tiket mandiri (CTM). Naik kereta sekarang kayak naik pesawat, harus pakai boarding pass. Bagus juga sih perkembangan kereta api Indonesia sekarang.
Naik kereta sekarang pakai boarding pass kayak pesawat
Setelah mencetak boarding pass dan menunjukkannya pada petugas, kami dipersilakan menuju ke ruang tunggu. Berhubung keretanya masih lama datangnya, daripada bosan menunggu, aku gunakan buat jeprat-jepret suasana di stasiun sambil sesekali online medsos. Hehe...
Menunggu kereta datang
Arsitektur Stasiun Tawang kental dengan nuansa Belanda
Mendekati jam keberangkatan, petugas stasiun menginformasikan bahwa kereta Majapahit mengalami keterlambatan dan akan tiba di Semarang sekitar pukul 01.20 WIB. Gimana sih ini? Udah berangkatnya tengah malam, telat pula. Aku protes dalam hati. Ada perasaan sedikit menyesal naik kereta, apalagi berangkatnya tengah malam. Padahal jam 1 dini hari itu aku harusnya sudah berada di atas awan alias tidur.
Jam sudah menunjukkan pukul 01.20, namun kereta belum juga datang. Duh, pye jal? Sempat terpikir untuk pulang ke rumah saja, tapi sayang duitnya. Hahaha...
Sekitar pukul 01.30, kereta Majapahit akhirnya tiba di Stasiun Tawang. Terlambat setengah jam lebih. Kami pun segera menuju ke kereta. Di sini, aku dan papaku harus berpisah dengan Pak Harto, karena Pak Harto duduk di gerbong 7, sementara aku dan papaku duduk sebelahan di gerbong 1. Bye Pak Harto! Jangan nakal ya.
Akhirnya kereta Majapahit-nya datang juga, meskipun terlambat 30 menit lebih
Kereta Majapahit berhenti di Stasiun Tawang kurang lebih 15 menit. Setelah itu berangkat lagi dan berhenti di beberapa stasiun, seperti Stasiun Kedungjati, Stasiun Solo Jebres, Stasiun Madiun, Stasiun Blitar, dan tujuan akhirnya Stasiun Malang.
Saat menikmati perjalanan di kereta, tiba-tiba aku dan papaku dikejutkan dengan kehadiran Pak Harto di gerbong 1. Dengan santainya Pak Harto duduk di kursi depan kami. Loh, kok bisa sih? Usut punya usut, ternyata Pak Harto bertukar tempat duduk dengan salah satu penumpang di gerbong 1 yang duduknya berada di depan kami, karena keluarga penumpang itu duduknya ada gerbong 7. Benar-benar sebuah keberuntungan buat Pak Harto. Hehe... Akhirnya kami bertiga tidak jadi beda gerbong deh.
Selama perjalanan Semarang-Malang, aku disuguhi pemandangan yang mengagumkan, hamparan sawah yang hijau, gunung-gunung yang tinggi, dan perbukitan-perbukitan yang indah.
Disuguhi pemandangan hamparan sawah yang hijau
Setelah menempuh perjalanan kurang lebih 8 jam, akhirnya tepat pukul 10.00 WIB, kereta Majapahit tiba di tujuan terakhir, yakni Stasiun Malang. Semua penumpang pun turun, termasuk kami bertiga. Akhirnya, sampai juga. Badan pun terasa kaku, karena selama perjalanan, kaki tidak bisa selonjor. Maklum, naik kereta kelas AC ekonomi, apalagi kondisinya full penumpang. Menurutku, untuk perjalanan jarak jauh kurang nyaman kalo naik kereta kelas AC ekonomi.
Akhirnya sampai juga di Stasiun Malang
Perjalanan kami pun belum berakhir sampai di sini. Kami harus melanjutkan perjalanan lagi untuk menuju tujuan terakhir kami, yakni Desa Ranu Pani, Kabupaten Lumajang yang menjadi gerbang masuk ke Gunung Semeru.
Well, akhirnya cerita part 1 selesai dan bersambung ke cerita part 2. Terima kasih yang sudah membaca. See you on the next stories!
==== BERSAMBUNG ====
Tidak ada komentar:
Posting Komentar